"Saya tidak punya bakat menulis atau bingung mau menulis apa". Kalimat seperti itu seringkali penulis dengar ketika berusaha mengajak teman untuk masuk dalam dunia tulis-menulis.
Awalnya dulu juga kalimat-kalimat sejenis muncul dari mulut penulis, karena merasa tidak memiliki bakat untuk menulis. Akan tetapi, perlahan tapi pasti, penulis makin menyadari bahwa ternyata menulis itu bukan soal bakat atau kemampuan, tetapi soal kemauan dan niat seseorang.
Orang yang memiliki bakat atau talenta, misalnya bermusik ataupun menyanyi. Namun, dia tidak pernah mengasah maupun mengembangkannya, maka bisa saja dia akan "tertinggal" dengan orang yang tekun dan mau belajar bernyanyi atau memainkan alat musik, karena kemauan yang teguh.
Oke, saya bersedia kalau memang menulis tidak harus memiliki bakat. Pertanyaan selanjutnya, lalu apa yang harus saya tulis? Bagaimana kalau nanti tulisan saya tidak disukai pembaca? dan mungkin banyak pertanyaan ataupun alasan lainnya yang muncul.
Jawaban penulis tentu sederhana seperti yang menjadi slogan penulis yaitu menuangkan ide dan pemikiran, jadi tulislah apa yang kita sedang pikirkan. Bahkan kadang hal-hal yang remeh-temeh dan terkesan tidak penting bagi orang lain, terkadang justru itu bisa menjadi ide sebuah tulisan.
Salah satu contoh yang penulis alami, ketika melihat jam dinding lalu terlintas di benak penulis 1 hari itu 24 jam. Dari situ jadilah sebuah tulisan tentang 24 jam sehari yang tentunya bukan menulis tentang angka jarum jam, tapi itulah contoh hal sederhana yang bisa dijadikan tulisan.
Contoh lainnya,sebagai seorang pendidik, tentu penulis berkutat dengan mengajar dan juga membuat soal. Saat membuat soal pilihan ganda, maka terlintas ide, mengapa murid lebih senang dengan soal pilihan ganda dibandingkan soal uraian ya?
Itu hanya beberapa contoh yang sebenarnya kalau ada kemauan dan keinginan, maka masalahnya bukan pada tidak adanya ide atau tidak punya bakat. Akan tetapi, masalahnya pada diri sendiri yang memang tidak mau dan bukan tidak mampu.
Bukankah kita diberikan 10 jari dalam 2 tangan oleh Pencipta kita ? Lalu mengapa kita tidak menggunakannya untuk menghasilkan sebuah tulisan dari apa yang kita pikirkan, dan siapa tahu itu menjadi berkat dan inspirasi buat sesama kita?
Menulis di kompasiana menjadi salah satu cara untuk kita dapat menuangkan ide dan pemikiran kita dalam tulisan. Seperti yang penulis alami, bahwa kompasiana ini sebagai sebuah keluarga yang saling sharing dan belajar sesama penulis.
Masukan sesama penulis dari kolom komentar itu menjadi sebuah support tersendiri, seperti energi untuk kita dapat terus berkarya menghasilkan tulisan. Hal inilah yang juga tak kalah penting yaitu adanya rekan sesama penulis yang saling memberikan dukungan dan apresiasi dalam karya yang dihasilkan.