Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok : Jangan Pilih Saya (Lagi)

14 Januari 2014   21:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok namanya jika karakternya kalem, tenang dan sabar seperti atasannya yaitu Jokowi. DKI Jakarta patut bersyukur mendapatkan duet kepemimpinan yang memiliki karakter bertolak belakang tetapi saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Jokowi dengan gayanya yang merakyat dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan rakyat dengan sabar, walau tetap keputusannya sebenarnya sama saja dan tidak merubah apapun. Hal berbeda ditunjukkan oleh sang wakil Basuki Tjahaja Purnama atau akrab dipanggil dengan Ahok yang memiliki karakter meledak-ledak, tegas dan blak-blakan. Saat melihat tayangan talk show di salah satu televisi swasta, saya terkejut dengan salah satu statemen dari Ahok yang menyatakan bahwa dia akan bertindak tegas kepada warga yang berada di pinggiran kali, dan bahkan dia berkata tidak peduli jika pada pemilukada DKI Jakarta mendatang mereka tidak lagi memilih dirinya.

"Jangan pilih saya lagi jadi pimpinan DKI Jakarta nanti, karena saya siap untuk tidak dipilih kembali." Hal ini merupakan statemen yang aneh dan tidak masuk akal dalam alam demokrasi di Indonesia yang amat mengandalkan motto "kalau sudah naik jadi pejabat, seringkali lupa turun kembali jadi rakyat." Ahok adalah pemimpin yang luar biasa (karena diluar kebiasaan pejabat lainnya), karena sebagian pemimpin lain biasanya sudah menyiapkan strategi khusus demi meraih simpati publik untuk kemudian akan kembali memilihnya pada pemilu mendatang. Kebijakan populis atau kebijakan yang terkadang menyenangkan rakyat untuk sementara, tetapi sebenarnya berdampak buruk pada masa mendatang menjadi pilihan utama bagi para incumbent kepala dan wakil kepala daerah untuk mendaptkan citra baik di mata masyarakat. Apalagi dengan posisinya sebagai wakil gubernur, Ahok sebenarnya punya peluang besar untuk dapat terpilih menjadi gubernur pada periode mendatang (kecuali jika Jokowi dicapreskan dan menang). Akan tetapi, Ahok seakan membuang peluang tersebut dan lebih memilih kebijakan tidak populis bahkan terkesan menyakitkan bagi rakyat DKI karena tegas dan tanpa kompromi.

Benarkah rakyat DKI tidak akan memilih Ahok lagi karena sudah mengetahui watak dan karakter pimpinannya tersebut saat ini ? Penulis justru melihat dari sisi yang berbeda yaitu melihat dari esensi kebijakan dan ketegasannya, bahwa sebenarnya yang penting adalah rakyat Jakarta menikmati kota yang indah, bersih, nyaman, macet dan banjir dapat berkurang. Seharusnya warga DKI dapat bercermin dari masa lalu pada saat kepemimpinan Bang Yos (Sutiyoso), dimana saat itu penolakan warga DKI terhadap adanya Busway (Transjakarta) karena mengambil jatah jalan bagi pemilik kendaraan lainnya dan menambah kemacetan. Akan tetapi bang Yos bergeming dan tetap jalan dengan keputusannya. Andaikan saja saat itu bang Yos kompromi dengan kebijakannya, penulis tidak dapat membayangkan bagaimana Jakarta dengan volume kendaraan (mobil & motor) yang meningkat dan tidak ada bus transjakarta ?

Pemimpin yang berani mengambil kebijakan tidak populis saat ini dan tidak mementingkan jabatannya, justru itulah karakter dan ciri dari pemimpin sejati. Tegas, jujur dan konsisten dalam tugas yang diembannya merupakan hal yang patut dicontoh sebenarnya dari sosok Ahok tersebut. Penyakit akut seperti malas, tidak disiplin, buang sampah sembarangan, mental korup merupakan sifat-sifat negatif yang harus dibuang dan dihilangkan. Jika tidak bisa dengan pemberitahuan sopan, maka akan meningkat menjadi teguran hingga kemudian dapat menjadi sikap ketegasan yang terkesan memang memaksa, keras dan galak. Namun sebenarnya warga DKI butuh figur-figur seperti Ahok tersebut untuk saat ini, karena sebagi Jan figur lainnya lebih mementingkan kekuasaan dan takut atau khawatir jika nantinya tidak terpilih kembali sebagai incumbent. Menjadi aneh memang jika Ahok kemudian berkata kepada warga Jakarta bahwa dirinya siap jika akibat kebijakannya ini diberlakukan, karena bagi Ahok menjadi pemimpin itu amanah dan melayani serta bukan sebalinya.

14 Januari 2014

Danny Prasetyo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun