Nama walikota Surabaya Tri Rismaharini atau akrab dipanggil Risma menjadi trending topic beberapa minggu terakhir, khususnya pasca isu pengunduran dirinya sebagai walikota karena tekanan-tekanan politik dari internal partai maupun ketidakcocokan dengan wakilnya yang baru. Hal ini tentu saja merugikan bagi internal PDIP sendiri, karena yang bersiteru adalah dua orang kadernya sendiri, dan bukan tidak mungkin jika ini tidak segera terselesaikan maka akan menjadi bumerang bagi PDIP dalam menghadapi pemilu legislatif yang tinggal menghitung waktu saja. Hal ini ditambah dengan survey  salah satu lembaga bahwa Risma merupakan calon kuat penantang Jokowi jika keduanya diajukan sebagai capres. Jika ini terjadi, maka penulis yakin pemilu presiden 2014 mendatang tingkat partisipasi politik masyarakat untuk datang ke TPS akan tinggi karena mereka sudah mengetahui bagaimana track record calon pemimpinnya tersebut.
Memang agak disayangkan jika kemudian kedua pemimpin daerah yang sama-sama merupakan nominasi walikota terbaik dunia tersebut, harus menjadi rival dalam pemilu presiden mendatang. Akan tetapi hal tersebut lebih baik jika dibandingkan kedua-duanya baik Risma maupun Jokowi tidak ada yang maju sebagai calon pemimpin bangsa dalam Pilpres 2014 dan hanya akan diisi oleh tokoh-tokoh yang itu-itu saja. Penulis bukannya berantipati kepada tokoh-tokoh yang sekarang sudah mendeklarasikan diri sebagai capres maupun cawapres untuk pemilu presiden mendatang, akan tetapi mereka justru belum terbukti dalam memimpin suatu daerah atau wilayah yang masyarakat dengan berbeda suku, agama, ras, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan bahkan hingga perbedaan tingkat penghasilan. Karena jika pengalaman hanya memimpin perusahaan (dimana pegawai pasti menurut) ataupun memimpin suatu bagian atau pasukan dalam militer (dimana dalam tentara ada garis komando), tentu saja hal tersebut juga bukan suatu jaminan pasti dapat memimpin negeri dengan jumlah penduduk mencapai 200 juta lebih. Hal berbeda tentu dialami Jokowi dan Risma yang sepak terjangnya sudah diakui masyarakat atau nasional bahkan tingkat internasional, meski baru sebatas kotamadya, namun paling tidak mereka harus menghadapi karakter rakyat yang berbeda-beda dan tidak semuanya setuju dengan sikap mereka.
Menjadi menarik untuk disimak, apakah akan terjadi duet Jokowi - Risma menjadi capres/cawapres 2014 ataukah justru mereka bersiteru Jokowi vs Risma entah salah satu sebagai capres ataupun cawapres, atau bahkan skenario yang mungkin bagi sebagian rakyat seperti saya tidak diinginkan yaitu kedua-duanya tidak dicalonkan baik itu sebagai capres maupun cawapres. Jika skenario yang ketiga terjadi, maka asumsi penulis, pemilu presiden tidak terlalu menarik untuk diikuti karena perubahan yang diharapkan dengan adanya tokoh baru dalam kepemimpinan nasional tidak terjadi. Skenario mana yang akan terjadi ? Ataukah ada skenario lainnya ? Mari tunggu tanggal mainnya dalam beberapa bulan ke depan.
23 February
Danny Prasetyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H