Kompetisi sepak bola jagad raya berakhir sudah dengan ditahbiskannya juara2 untuk musim kompetisi 2012-2013, liga Spanyol dengan Barcelona sebagai juaranya, Liga Jerman atau Bundesliga dengan Bayern Munchen sebagai juara, Perancis dimenangkan oleh Paris Saint German setelah 19 tahun tidak menikmati gelar juara liga, dan liga paling terkenal seantero dunia Premier League atau liga Inggris dengan Manchester United sebagai juaranya.
Liga Inggris juga menorehkan catatan khusus tahun ini dengan mundurnya Sir Alex Ferguson sebagai pelatih atau manager MU setelah melatih dan membawa team MU dengan puluhan tropy juara selama 27 tahun menangani MU. Manchester United yang sekarang tentu berbeda dengan saat Sir Alex Ferguson ( Fergie ) datang ke Old Trafford 27 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 1986. Kondisi saat itu MU adalah team medioker dan Liga Inggris dikuasai dan didominasi oleh kehebatan Liverpool. Kondisi intern MU-pun bisa dibilang tidak kondusif, mulai dari tidak disiplinnya pemain dalam mematuhi jam latihan. Kebiasaan atau habbit para pemain saat itu untuk minum minuman beralkohol dan mabuk-mabukan saat malam hari dan berbagai persoalan mental pemain yang kurang semangat dsb. Fergie datang dan membawa perubahan itu..penerapan disiplin tinggi dan strategi pendekatan ke pemain serta kemampunannya meracik strategi saat bertanding perlahan tapi pasti mengubah dan membawa perubahan pada MU sampai pada akhirnya bisa menyaingi dan mengalahkan Liverpool yang saat ini pun tidak bisa ke posisi 4 besar di Liga Inggris. Mundurnya sir Alex dari kursi pelatih MU tentunya menimbulkan pertanyaan siapa yang bakal menggantikannya. Sederetan nama besar mulai beredar mulai dari Pep Guardiola yang sukses menangani Barcelona, Jose Mourinho si Special One, Andreas Vilas Boaz , dan nama-nama besar pelatih lainnya. Tentunya kursi jabatan yang kosong tersebut menimbulkan daya tarik yang kuat bagi semua pelatih di dunia. Meskipun semua diam tetapi dalam hati kecilnya mendambakan panggilan dari petinggi2 atau owner MU yang dimiliki oleh Glazer Family. Bagaimana tidak, MU menjadi salah satu club sepakbola tersukses di dunia, markas MU di Old Trafford yang juga menjadi salah satu kam tempat berlatih adalah salah satu fasilitas terbaik di dunia bukan hanya lingkup Inggris saja. Peristiwa pemain sakit, bahkan sampai meninggal seperti yang terjadi di Indonesia sangat kecil kemungkinan terjadi. Bisa dibilang pemain akan kerasan dengan kondisi tempat markas MU, semua fasilitas tersedia, juga regenerasi pemain muda selalu dilakukan oleh pelatih2 dan asisten yang professional. Selain itu MU juga sukses sebagai klub yang mendapat banyak penggemar dalam skala Internasional. Pundi-pundi keuangannya pun dalam neraca yang bisa dikatakan sangat baik.Ibarat perusahaan sudah dapat diibaratkan seperti PT. Astra Internasional kalau di Indonesia.
Ternyata hasil keputusan MU sudah ada pertengahan Mei 2013 kemarin dengan terpilihnya David Moyes yang terakhir menangani Everton selama 11 tahun. Tentunya banyak pakar sepakbola yang berpikir dan timbul pertanyaan di benaknya..bagaimana mungkin Moyes yang terpilih? Tidak sebiji trophy pun yang didapat Everton selama dipegang oleh David Moyes. Sangat berbanding terbalik dengan Jose Mourinho yang sebelumnya digadang-gadang untuk menggantikan Fergie. Dalam satu dasawarsa terakhir Mou mengkoleksi 20 Tropy yang didapat dari 4 negara yang berbeda, yaitu Portugal, Italia, Inggris dan terakhir di Spanyol menangani Real Madrid. Jawabannya adalah bila kita melihat dari sisi manajemen MU. David Gill CEO MU saat ini setelah mundurnya Fergie pernah mengatakan :”pengganti Fergie bisa jadi kita ambil dari kolam kecil”. Dan jawaban untuk arti kolam kecil itu adalah Everton. Perbandingan MU dan Everton adalah seperti bumi dan langit. Penggemar permainan game sepakbola di Play Station sebagai manager tentu paham, untuk membentuk satu team yang kuat memerlukan dana yang cukup, dan bukan hanya cukup saja melainkan sangat besar. Mancini di Manchester City sangat berbesar hati dan optimis karena dia tinggal menunjuk saja pemain yang diinginkan dan klub yang akan menyediakan dananya. Radamel Falcao senilai 54 juta ponsterling atau sekitar Rp 648 milyard untuk kurs Rp 12.000,- pun siap dibeli oleh Manchester City dalam perburuan pemain di bursa transfer terakhir. Sedangkan yang dialami Moyes berbeda. Khabar terakhir menyebutkan angka 1,1 juta US Dollar atau sekitar Rp 11 milyard dana yang disediakan klub pertahunnya bagi David Moyes untuk membeli pemain baru.Ukuran kesuksesan pelatih bukan hanya dari jumlah trofi saja. Seorang pelatih bisa dibilang sukses jika mampu memaksimalkan keterbatasan biaya klub untuk meraih hasil maksimal. Jika hal itu menjadi tolak ukurnya, maka David Moyes adalah pemenangnya.
Seperti dilansir oleh mirrorfootball, berdasarkan hasil sebuah riset, Moyes terpilih sebagai pelatih terbaik dalam nilai uang (best value-for-money). Di bawah pemilik baru klub, Moyes sukses membawa klub bermarkas di Goodison Park itu meraih rasio terendah 'harga per poin' (price-per-point) dalam daftar 10 klub Liga Primer. Everton berhasil meraih 415 poin dengan nilai uang per poin hanya sebesar 48.192 poundsterling. Itu artinya dalam kurun waktu mulai tahun 2004 sd 2013 atau total 9 tahun Everton mampu meraih kesuksesan besar di lapangan dengan hanya menggelontorkan sedikit uang atau sekitar Rp 240 milyard dalam waktu 9 tahun itu. Jikalau budget masalah pembelian pemain yang rendah tetap membuat klub tersebut exist dan bahkan bisa masuk yang diperhitungkan maka tentunya semua setuju bahwa yang hebat adalah manager dari klub itu. Dengan paradigma inilah David Moyes terpilih menggantikan Fergie di kursi pelatih Manchester United. Ibaratnya dengan dana yang sangat terbatas saja DM bisa tetap mempertahankan posisi Everton di papan tengah liga Inggris bahkan kadang juga menjadi ancaman, apalagi jika Moyes diberi kesempatan di klub yang sama sekali tidak kesulitan dalam hal pendanaan seperti MU.
Dari sini bisa dipetik juga pelajaran atau sebagai renungan bahwa kesetiaan dalam perkara kecil akan mendatangkan berkat atau kesempatan di perkara yang lebih besar. David Moyes dengan segala keterbatasan klub yang diikutinya tetap bekerja keras, konsisten, semangat dan serius dengan menanganinya tanpa mengeluh. Pada saatnya kerja kerasnya berbuah kepercayaan dari klub elit seperti MU.Moyes tidak pernah menjuluki dirinya apapun juga seperti yang dilakukan Mourinho saat menyebut dirinya sendiri dengan julukan The Special One. Tapi pribadi sederhana dan pekerja keras ini sedang memulai perjalanan berbeda dengan level yang lebih tinggi di MU. Good Luck David…hope you will be more success again..! and thx Fergie …the legend of Manchester United..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H