Mohon tunggu...
Dannisa Marsya Aurelia
Dannisa Marsya Aurelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi Universitas Al-Azhar Indonesia

Membahas tentang kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis dan Argumentasi Faktor Penyebab Kematian Gamer Fat Cat di China, Tinjauan Studi Psikologi

16 Juli 2024   19:33 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus tragis kematian seorang gamer bernama Fat Cat di China yang bunuh diri setelah diputuskan oleh pacarnya telah menggemparkan dunia baru-baru ini. Kematiannya memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mendasarinya. Tinjauan studi psikologi terhadap kasus ini menunjukkan beberapa kemungkinan faktor penyebab yang menyebabkan Fat Cat akhirnya harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Kematian Fat Cat berhasil membuat China berduka amat mendalam. Tidak hanya itu, kasus ini juga langsung menyeret sang kekasih Fat Cat, yang diketahui menjadi sumber utama Fat Cat dalam mengakhiri hidupnya.


Fat Cat sendiri merupakan seorang remaja berumur 20 tahun yang diketahui memiliki kegemaran mendalam terhadap game atau yang kerap dikenal sebagai gamers dan dikenal sebagai selbritas game di negara China. Ia juga memiliki kekasih, Tan Zhu, yang terpaut beberapa tahun dari umur Fat Cat yakni 27 tahun. Fat Cat diketahui mengakhiri hidupnya dengan lompat dari jembatan Sungai Yangtze di Nanjing, China pada 11 April 2024 setelah ia diduga menjadi korban penipuan pacarnya. Fat Cat yang kerap bekerja dan meraih pundi-pundi uang dari game selalu mengirimkan uangnya kepada sang kekasih, Tan Zhu.


Dari banyaknya berita yang beredar, diketahui bahwa pesan-pesan yang dikirimkan Fat Cat kepada sang kekasih menunjukkan berbagai uang dalam jumlah besaar yang dikirimnya. Hal itu juga dibuktikan dengan berbagai isi pesan yang menyatakan bahwa Fat Cat kerap kali bekerja dalam kurun waktu 18 jam dengan menawarkan jasa bermain gim dengan akun orang lain dan mengkonsumsi makanan murah untuk mengumpulkan uang yang akan dikirimkan kepada sang kekasih. Fat Cat dan Tan Zhu sendiri sudah menjalin kasih selama dua tahun, keduanya berkenalan di salah satu game online. Setelah menjalin hubungan, Fat Cat diketahui pindah dari Hunan ke Chongqing agar dekat dengan Tan Zhu meski baru bertemu dua kali. Tidak hanya itu, Tan Zhu juga pernah berjanji mereka akan menikah pada Mei 2024.


Beberapa fakta juga menyebutkan bahwa Tan Zhu, kekasih Fat Cat melakukan penipuan terkait umurnya. Penampilannya yang cukup modis membuat ia tidak terlihat seperti perempuan berumur 27 tahun. Fat Cat sendiri mengakhiri hidupnya setelah ia mendapat kabar bahwa sang kekasih memutuskan dirinya dan akan melangsungkan pernikahan bersama lelaki lain setelah sebelumnya Fat Cat mengirimnya uang dalam jumlah besar. Fat Cat diketahui bekerja sangat ekstra untuk memenuhi kebutuhan sang kekasih. Fat Cat telah memberikan modal untuk Tan Zhu yang ingin membuka sebuah toko bunga. Diketahui bahwa uang yang telah dikeluarkan Fat Cat untuk Tan Zhu sendiri selama dua tahun mereka pacarana telah mencapai kurang lebih jika dirupiahkan Rp1,2 miliar.


Salah satu berita juga menyebutkan bahwa sebelum mengakhiri hubungannya, Fat Cat sempat menghubungi Tan Zhu, meminta Tan Zhu membelikan makanan kesukaannya, yakni McD. Fat Cat mengatakan ia tidak memiliki uang karena semua uangnya sudah diberikan kepada Tan Zhu. Namun jawaban Tan Zhu justru menyuruh Fat Cat untuk bekerja lebih keras lagi jika ingin makanan. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan sang kakak Fat Cat, Liu Yi, yang mengatakan bahwa "Fat Cat hidup hemat selama dua tahun demi membiayai bisnis pacarnya dan hanya berani memesan take-out seharga 10 yuan sehari (Rp 22.244)".


Tidak hanya itu, pertengkaran juga semakin parah lantaran Tan Zhu yang kerap protes bahwa Fat Cat tidak memiliki waktu untuknya lantaran sibuk dengan berbagai pekerjaannya. Sedangkan dalam berita lain, dilansir bahwa Fat Cat bekerja sangat sibuk untuk meraih pundi-pundi uang untuk memenuhi kebutuhan sang kekasih. Kesalahpahaman ini lah yang menjadi latar belakang keduanya memutuskan hubungan yang telah terjalin selama dua tahun belakangan. Namun Fat Cat sempat menghubungi sang kekasih beberapa kali meskipun tidak ada balasan. Fat Cat sempat mencegah keributan tersebut dengan memberikan uang sekitar Rp 14,8 juta dan buket bunga mahal untuk Tan Zhu. Meskipun usahanya gagal. Sejak pertengkaran yang dimulai pada bulan April tersebut, Tan Zhu kerap mengeluh dan memberikan uang dari Liu Jia untuk orang lain. Mereka akhirnya putus. Sebelum putus, Liu Jia berusaha mencegahnya dengan. Setelah pertengkaran keduanya, Fat Cat ternyata mendapat kabar bahwa Tan Zhu akan menikah. Kemudian sebagai kali terakhir, ia mengirimkan uang sebesar 66.000 yuan sebagai amplop pernikahan untuk Tan Zhu. Karena hal tersebut lah, pada 11 April, Fat Cat yang putus asa setelah hubungannya berakhir dengan Tan Zhu dan memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atas jembatan. Namun akhirya melompat, Fat Cat sempat mengganti foto profil gambar kucing gemuk dengan sepiring sayuran di depannya yang banyak diartikan sebagai salah satu permintaan terakhir Fat Cat yang menginginkan McD namun tidak tersampaikan.


Dari kasus tersebut, banyak studi yang akhirnya menganalisis dan mengargumentasikan faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku dan kondisi psikologis sang gamer. Fat Cat, seorang remaja berusia 17 tahun, menjadi pusat perhatian setelah perilakunya yang obsesif terhadap permainan video mengakibatkan penurunan kesehatan fisik dan mental yang signifikan. Fat Cat dilaporkan menghabiskan lebih dari 12 jam sehari bermain game, yang menyebabkan obesitas, gangguan tidur, serta masalah sosial dan emosional. Lebih lanjut, Fat Cat diketahui berasal dari keluarga dengan perhatian dan kontrol yang minim. Orang tuanya bekerja penuh waktu dan kurang memberikan perhatian terhadap keseharian anak mereka.


Kurangnya komunikasi dan pengawasan dari orang tua menjadi faktor utama yang memungkinkan Fat Cat mengembangkan kebiasaan bermain game secara berlebihan. Fat Cat diketahui memiliki sedikit teman di dunia nyata dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman di dunia maya. Teman-teman online-nya mendorong Fat Cat untuk terus bermain, membentuk lingkaran sosial yang memperkuat perilaku obsesif terhadap game. Analisis psikologis mengungkapkan bahwa Fat Cat mengalami kecemasan sosial dan depresi ringan. Permainan video menjadi pelarian bagi Fat Cat untuk menghindari situasi yang membuatnya cemas. Perasaan pencapaian dan kepuasan yang diperoleh dari permainan juga menjadi pengganti bagi kurangnya pencapaian di dunia nyata. Industri game di China diketahui sangat kompetitif, dengan banyak permainan yang didesain untuk membuat pemain terus terlibat melalui mekanisme hadiah dan tantangan. Fat Cat terjebak dalam siklus permainan yang membuatnya sulit untuk berhenti.
Meskipun begitu, hal ini berkaitan erat dengan peran orang tua terhadap masa pertumbuhan anak. Orang tua harus diberikan edukasi tentang pentingnya perhatian dan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak mereka. Program-program pendidikan parenting dapat membantu orang tua memahami dampak negatif dari kebiasaan bermain game yang berlebihan. Intervensi psikologis seperti terapi kognitif-perilaku (CBT) dapat membantu Fat Cat mengatasi kecemasan sosial dan depresi. Terapi ini juga bisa membantu Fat Cat mengembangkan kebiasaan bermain game yang lebih sehat dan seimbang.


Pemerintah dan industri game harus bekerja sama untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat terhadap desain game yang adiktif. Pengaturan waktu bermain dan pemberian informasi yang jelas tentang dampak negatif dari bermain game berlebihan harus diimplementasikan. Sekolah dan komunitas harus menyediakan lebih banyak aktivitas sosial dan fisik yang menarik bagi remaja. Program-program ini dapat membantu remaja seperti Fat Cat untuk menemukan kepuasan dan pencapaian di dunia nyata, mengurangi ketergantungan pada permainan video. Studi ini memberikan wawasan berharga tentang kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gamer muda di China dan menekankan pentingnya pendekatan multi-faceted dalam menangani masalah ini.
Beberapa factor tentang penyebab kematian Fat Cat sendiri memiliki banyak spekulasi. Pertama, kecanduan game dan ketergantungan emosional. Fat Cat diketahui menghabiskan banyak waktu bermain game dan menjalin hubungan virtual dengan pacarnya di dalam game tersebut, yang menunjukkan adanya kecanduan game dan ketergantungan emosional pada hubungan virtualnya. Ketergantungan ini dapat membuatnya terisolasi dari dunia nyata dan kesulitan menghadapi masalah hubungannya dengan cara yang sehat. Kedua, depresi dan kecemasan. Putus cinta dapat menjadi pemicu depresi dan kecemasan yang signifikan, terutama bagi individu yang memiliki kecenderungan mental tersebut. Tekanan sosial dan stigma terhadap gamer di China juga dapat memperburuk kondisi mentalnya. Kurangnya dukungan sosial dan profesional dalam menghadapi masalah emosionalnya kemungkinan besar menjadi faktor pendorong bunuh diri.


Ketiga, ketidakmampuan mengatasi masalah. Kurangnya kemampuan untuk mengatasi masalah dan mengelola emosi dengan tepat dapat membuat individu rentan terhadap tindakan impulsif dan berbahaya seperti bunuh diri, yang diperparah oleh kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental dan stigma yang terkait dengan mencari bantuan. Penting untuk dicatat bahwa ini hanya beberapa kemungkinan faktor penyebab kematian Fat Cat. Kasus ini kompleks dan multifaktorial, dan diagnosis pasti hanya dapat dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang qualified.


Pada 19 Mei 2024, Kepolisian Chongqing, China, merilis hasil penyelidikan atas kematian Liu Jia, yang dikenal sebagai Fat Cat. Berdasarkan laporan tersebut, Tan Zhu tidak menipu Liu Jia dengan berpura-pura mencintainya, dan kejadian ini bukanlah kasus penipuan finansial. Investigasi oleh Biro Keamanan Umum Distrik Nan'an menyimpulkan bahwa Liu Jia dan Tan Zhu memiliki hubungan yang tulus selama lebih dari dua tahun, berbagi keuangan dan merencanakan masa depan bersama. Menurut China Daily pada Selasa (21/5/2024), polisi tidak menemukan bukti bahwa Tan Zhu mengarang fakta atau menipu Liu Jia.
Bahkan, Tan Zhu telah memperkenalkan Liu Jia kepada keluarganya, dan uang yang diterima dari Liu Jia disimpan dalam rekening bersama. Laporan menunjukkan Liu Jia mengirimkan uang sebanyak 317 kali dengan total lebih dari Rp1,7 miliar, sementara Tan Zhu mentransfer 179 kali dengan total lebih dari Rp1 miliar. Sebelum Liu Jia melompat ke sungai, Tan Zhu telah menolak uang dari pria yang dikenal sebagai Fat Cat tersebut. Penyelidikan juga mengungkap bahwa kakak Liu Jia, Liu Yi, memanipulasi opini publik setelah kematian Fat Cat melalui unggahan di media sosial, menyebarkan pesan pribadi dan transaksi keuangan antara Liu Jia dan Tan Zhu di berbagai platform.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun