Logika merupakan alat fundamental dalam berpikir kritis untuk menganalisis argumen dan menarik kesimpulan yang valid. Logika melibatkan analisis hubungan antara premis dan kesimpulan, serta penggunaan aturan-aturan tertentu untuk memastikan bahwa penalaran yang dilakukan adalah konsisten dan tidak mengandung kesalahan. Dalam konteks yang lebih luas, Oaksford, & Chater (2020) menyatakan logika juga dapat merujuk pada kemampuan berpikir secara rasional dan sistematis untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Dengan berpikir logis, seseorang dapat mengidentifikasi dan menghindari kesalahan berpikir, seperti fallacy (kesalahan logika), yang dapat mengarah pada kesimpulan yang keliru. Dua bentuk utama logika yang sering digunakan adalah logika deduktif dan logika induktif. Memahami perbedaan antara kedua jenis logika ini sangat penting karena masing-masing memiliki aplikasi yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menggunakan metode teoritis dan komparatif untuk menganalisis dan membandingkan kedua jenis logika tersebut. Metode teoritis melibatkan pengkajian literatur untuk mendefinisikan konsep dasar logika deduktif dan induktif. Metode komparatif, di sisi lain, digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perbedaan utama antara logika deduktif dan induktif. Kombinasi kedua metode ini memastikan analisis yang komprehensif dan objektif, yang membantu dalam memahami aplikasi praktis dari kedua jenis logika dalam berbagai konteks.
Berdasarkan Sobur (2015), logika deduktif menarik kesimpulan yang pasti dari premis yang diberikan. Jika premis-premisnya benar, maka kesimpulannya pasti benar. Misalnya, premis "Semua manusia pasti mati" dan "Socrates adalah manusia" secara deduktif mengarah pada kesimpulan bahwa "Socrates pasti mati." Dalam kehidupan sehari-hari, logika deduktif digunakan dalam berbagai situasi yang membutuhkan kepastian dan konsistensi. Misalnya, dalam matematika dan ilmu komputer, penggunaan logika deduktif memastikan solusi atau program yang dihasilkan benar dan sesuai dengan premis yang ada. Contoh aplikasi lainnya terlihat dalam sistem hukum, di mana argumen dan kesimpulan yang diambil harus berdasarkan premis yang jelas dan terbukti untuk mencapai keputusan yang adil dan tepat.
Sebaliknya, logika induktif menarik kesimpulan umum dari observasi atau premis khusus. Kesimpulan yang ditarik melalui logika induktif tidak selalu pasti, melainkan bersifat probabilistik. Contoh logika induktif adalah observasi bahwa "Matahari terbit di timur setiap hari," yang mengarah pada kesimpulan bahwa "Matahari selalu terbit di timur." Logika induktif sangat umum dalam sains dan kehidupan sehari-hari. Ilmuwan menggunakan logika induktif untuk membangun hipotesis dan teori berdasarkan data empiris yang dikumpulkan dari eksperimen dan observasi. Dalam kehidupan sehari-hari, logika induktif membantu membuat prediksi atau keputusan berdasarkan pola dan pengalaman masa lalu. Winarso (2014) mengatakan logika induktif menawarkan fleksibilitas dalam situasi yang tidak memiliki premis lengkap atau pasti. Meskipun tidak memberikan kepastian absolut, logika induktif sangat berguna dalam sains dan kehidupan sehari-hari, di mana pengamatan dan pengalaman sering kali menjadi dasar utama untuk menarik kesimpulan. Misalnya, seorang ilmuwan yang mengamati pola tertentu dalam eksperimen akan menggunakan logika induktif untuk mengembangkan teori atau hipotesis. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan logika induktif membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan pengalaman masa lalu dan pola yang diamati.
Meskipun logika deduktif menawarkan kepastian, keterbatasannya terletak pada kebutuhan premis yang benar dan lengkap (Stephens, dkk., 2020). Kesimpulan yang dihasilkan hanya sekuat premis-premis yang mendasarinya. Jika premis-premis tersebut salah atau tidak lengkap, maka kesimpulan yang ditarik juga akan salah atau menyesatkan. Sebaliknya, logika induktif lebih fleksibel dan dapat diterapkan dalam situasi yang tidak memiliki premis yang lengkap atau pasti. Namun, kesimpulan dari logika induktif hanya bersifat kemungkinan, bukan kepastian, sehingga selalu ada risiko bahwa kesimpulan tersebut bisa salah meskipun berdasarkan data yang kuat.
Dengan memadukan penggunaan logika deduktif dan induktif, berbagai masalah kompleks dapat diatasi dengan cara yang lebih efektif dan efisien (Bahri, dkk., 2017). Dalam bisnis, misalnya, analisis deduktif dari data keuangan yang akurat memungkinkan pengambilan keputusan yang rasional, sementara prediksi induktif tentang tren pasar membantu dalam mengantisipasi perubahan dan peluang yang mungkin terjadi. Kombinasi kedua bentuk logika ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih informatif, sehingga membantu mencapai tujuan dengan lebih sukses.
Secara keseluruhan, pemahaman yang mendalam tentang logika deduktif dan induktif serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Meskipun berbeda dalam pendekatan dan hasil, kedua bentuk logika ini saling melengkapi dan esensial untuk memecahkan masalah serta membuat keputusan yang tepat. Dengan menguasai kedua bentuk logika ini, kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan, memungkinkan solusi yang lebih baik dan lebih efektif dalam berbagai situasi.
Dannies Florian Aprillia / 132231092 /Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H