Daniyah Zulfa Firdaus1, Dhevina Amalia Sumah2, Muhammad Adwi Julianto3, Moh. Sarifudin S. Auna4
Khusnul Khatimah, S.Psi., M.Si
Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan dan keberagaman budaya yang unik. Budaya tersebut berperan penting dalam tiap aspek kehidupan manusia, salah satunya dari bagaimana cara dalam mengasuh dan mendidik anak. Pola pengasuhan pada anak menjadi salah satu hal yang berbeda di tiap-tiap daerah dikarenakan pola pengasuhan ini secara langsung dipengaruhi oleh kearifan lokal, budaya, dan juga keyakinan agama. Setiap daerah tentunya memiliki caranya sendiri dalam budaya pengasuhan yang sudah diwariskan secara turun-temurun.
Pengasuhan atau yang sering disebut dengan parenting, merupakan keseluruhan proses interaksi antara orang tua dengan anak, yang mencakup proses pemeliharaan, perlindungan, perawatan, serta membentuk cara anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya (Hetherington & Whiting, 1999). Tujuan utama dari parenting ini ialah untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik, kognitif, emosional, maupun sosial. Proses parenting ini yang nantinya akan membentuk karakter, kepribadian, hingga nilai-nilai yang dianut oleh anak.
Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang masih menerapkan nilai-nilai luhur, Gorontalo juga memiliki pola khas tersendiri dalam parenting anak. Bagi masyarakat Gorontalo, posisi adat dan agama tidak bisa dipisahkan. Oleh karen itu, parenting ala budaya Gorontalo mengedepankan keseimbangan antara nilai-nilai agama, moral, dan adat istiadat. Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, parenting yang diterapkan para orang tua Gorontalo menganut nilai-nilai agama Islam seperti prinsip "Adati hula-hula'a to syara', syara' hula-hula'a to kitabullah" yang memiliki arti "Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Al-Qur'an". Nilai-nilai agama Islam yang ikut berpengaruh dalam parenting membuat orang tua Gorontalo mengajarkan anak-anaknya untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai islami sejak usia dini untuk membentuk karakter anak yang sesuai dengan ajaran agama.
Dalam budaya Gorontalo, keseimbangan antara nilai agama, moral, dan adat istiadat dapat tercermin dalam pengajaran adab kepada anak-anak, khususnya dalam hal menghormati dan mendahulukan orang yang lebih tua. Selain itu, orang tua di Gorontalo sangat menjaga anak-anak mereka, terutama anak perempuan. Perempuan Gorontalo dianggap sebagai mutiara keluarga, mereka sangat dijaga dan dihormati. Posisi perempuan dalam tradisi masyarakat Gorontalo dikenal dengan sebutan "tadulahu" yang berarti orang yang hanya bisa berjalan pada siang hari itu pun dengan syarat yaitu harus memakai "beleuto" yaitu sarung yang menutupi seluruh tubuh. Bagi masyarakat Gorontalo, istilah ini mengibaratkan perempuan Gorontalo sangat dihormati kedudukannya. Oleh karena itu bagi para orang tua Gorontalo, pengasuhan terkhususnya untuk anak perempuan menjadi hal yang di prioritaskan.
Nilai-nilai yang digunakan dalam pengasuhan anak lebih mengarah ke pengasuhan secara tradisional. Biasanya anak-anak diharuskan lebih patuh kepada orang tua dan lebih menghormati orang yang lebih tua tanpa banyak bertanya dikarenakan orang tua dianggap sebagai otoritas tertinggi. Dalam pola asuh budaya Gorontalo juga, para orang tua mengasuh anaknya sesuai dengan peran gendernya, dimana laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab dan peran yang berbeda satu sama lain. Hal ini merupakan hal yang harus dipahami dan dipatuhi setiap anak karena dianggap dapat menciptakan kedisiplinan pada tiap anak.
Para orang tua Gorontalo mengajarkan anak-anaknya tentang nilai-nilai moralitas seperti oadabu atau sopan santun, taati yang berarti patuh, moolohu yang artinya berbicara sopan, dan motolopani yang berarti menjaga diri. Nilai-nilai ini yang selalu ditanamkan para orang tua Gorontalo kepada anaknya sejak usia dini. Untuk menerapkan nilai-nilai ini pada diri seorang anak, di Gorontalo peran extended family juga ikut andil dalam proses pengasuhan anak. Pada beberapa keluarga di Gorontalo, kakek, nenek, paman, dan bibi juga membantu peran orang tua kandung yang menjadi peran utama dalam parenting atau pengasuhan anak-anaknya. Nilai-nilai yang diajarkan kepada anak akan semakin diperkuat dengan kehadiran extended family. Anak-anak jadi belajar untuk menghormati tidak hanya orang tua kandung mereka, tetapi juga siapa pun orang yang lebih tua dari mereka.
Peran extended family ini juga sejalan dengan nilai kolektivisme yang kuat dalam masyarakat Gorontalo. Budaya gotong royong dan saling membantu antar sesama sangat dijunjung tinggi. Anak-anak sejak dini dilatih untuk memiliki rasa kepedulian dan kerja sama dengan orang-orang di sekitarnya.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya pengasuhan anak dalam budaya Gorontalo merupakan kombinasi harmonis antara nilai-nilai agama, adat istiadat, dan norma sosial. Pola parenting ini tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan aspek kognitif anak, tetapi juga pada pembentukan karakter yang berlandaskan akhlak mulia serta penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dengan mengintegrasikan ajaran agama, adat, dan budaya lokal, pola parenting khas Gorontalo tidak hanya berfungsi sebagai bentuk perlindungan, tetapi juga sebagai bimbingan untuk membentuk anak-anak yang bermoral, santun, dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.