Kalau sudah bicara perjuangan untuk kebebasan, kemerdekaan, sebagai negara berdaulat yang pernah merasakan tidak berdaulat alias kata sejarah mah disebutnya dijajah asing oleh portugis, belanda dan jepang, begitu yang saya tahu dari buku sejarah SD tahun 1977, tinggal membangkitkan saja lagi kenangan perjuangan itu
Sudah pengalaman orang indonesia tidak memikirkan apa-apa, kecuali berjuang untuk merdeka, dengan senjata bamboo roencinx, jangankan Cuma harta benda dikorbankan, nyawa pun bersedia!, bermodal semangat merdeka atawa mati, merdeka!, lah tahun 1945
Masih terngiang ketika kakekku ceritra tentang gerilya dan jendral soedirman, masih terngiang tokoh-tokoh pahlawan dari dari sabang sampai merauke, ada teuku umar, hasanudin, dan banyak lagi lainnya yang mernghias poster dinding sekolahku dulu, tinggal membangkitkan saja lagi pengalaman-pengalaman itu
Paling tidak kita keturunannya, darah-darah mereka mengaliri nadi, memori kejuangan tidak akan punah, maka dari itu demi hukum dan kedaulatan bangsa serta harga diri dan wibawa, apapun yang terjadi sekarang, indonesia harus dijaga kehormatannya, dibela sampai titik kematian yang sesungguhnya, dengan satu jiwa satu harga diri, maka segala ancaman yang masih bersifat intervensi lisan harus dibuatkan kuda-kudanya, tidak boleh rapuh, malu sama pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan, merdeka atawa mati!
Hukuman mati bagi bali nine yang sudah jadi bagian hukum ranah kebangsaan, menjelma jadi sebuah harkat, mempertaruhkan kekuatan mental berbangsa dan negara terus diasah dan perkuat sampai semuanya berjalan, kemudian segala urusan itu akan dikembalikan sebagai urusan dalam negeri, inilah saatnya menunjukan sebuah bangsa, jangan menoleh kebelakang lagi, jangan main kayu diantara kita, saatnya bersatu, tunjukan harga diri sebuah bangsa, kita sangat berpengalaman didalam menggapai kemerdekaan
Bamboo roencinx. Merah putih, ikat kepala, dan kepalan tangan bung tomo, merdeka! Jadikan spirit hari ini, spirit menjaga harga diri bangsa, jangan kecewakan para pendahulumu, pendahulu kita yang rela mati untuk merdeka, menentukan masa depan negeri, mereka tidak cengeng untuk menderita dan tersiksa, mereka mewariskan semangat dan iman, bersatulah jangan menoleh kebelekang jika tidak ingin terhina, lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup bertabur debu, merdeka!
wadOOh dani bener-bener cafein...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI