Akhir-akhir ini, penyakit difteri mewabah di beberapa wilayah. Akhir Oktober lalu, penyakit ini muncul di Tangerang Selatan. Empat anak dari daerah tersebut meninggal dunia. Parahnya, penyakit ini juga menyebabkan sepuluh warga lain mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Kemudian, sebanyak 116 kasus difteri telah terjadi di Jawa Barat hingga 3 Desember 2017, dengan jumlah kasus kematian sebanyak 13 kasus. Dengan jumlah kasus sebanyak itu, sebenarnya sudah masuk dalam keejadian luar biasa (KLB).
Tak ketinggalan, difteri juga melanda wilayah Jawa Timur, tepatnya di Nganjuk. Kabupaten itu pun akhirnya ditetapkan berstatus kejadian luar biasa (KLB) difteri. Hal itu setelah seorang anak meninggal dunia.
Adapun difteri adalah penyakit yang ditandai dengan panas tinggi (38 derajat celcius), disertai adanya psedoumembrane atau selaput tipis keabu-abuan pada tenggorokan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini disebabkan oleh bakterium difteri dan bisa menyebabkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan segera.
Kebanyakan penyakit tersebut dialami oleh anak-anak yang belum mendapatkan vaksin difteri. Oleh sebab itu, orang tua perlu membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin.
Difteri termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Adapun imunisasi tersebut termasuk ke dalam program imunisasi wajib pemerintah Indonesia.
Vaksin difteri saat ini menjadi sangat perlu diberikan kepada anak-anak mengingat penularan penyakit ini termasuk sangat mudah, yaitu melalui udara.
Gejala difteri pada anak, dapat diidentifikasi dari beberapa kondisi seperti, demam dan menggigil, sakit tenggorokan dan suara serak, sulit bernapas atau napas yang cepat, pembengkakan kelenjar limfe pada leher, lemas dan lelah, dan terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel. Bila orang tua mendapati gejala tersebut, anak harus segera dibawa ke dokter atau pusat kesehatan masyarakat.
Penanganan penyakit ini harus cepat sebab bila terlambat dapat menjalar pada jantung, ginjal, hingga saraf pusat. Bahkan bisa berakhir dengan kematian.
Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DTP. Vaksin ini meliputi difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan.
Pemberian vaksin ini dilakukan 5 kali pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun, dan lima tahun. Selanjutnya dapat diberikan booster dengan vaksin sejenis (Tdap/Td) pada usia 10 tahun dan 18 tahun.