Mohon tunggu...
Dani WidiMurtadho
Dani WidiMurtadho Mohon Tunggu... Lainnya - Alhamdulillah

Menjadi Penulis Handal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melawan Arus Demi Indonesia Maju

31 Agustus 2020   16:18 Diperbarui: 31 Agustus 2020   16:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa yang tidak kenal dengan makanan sushi? Sebagian besar masyarakat Indonesia ketika ditanya tentang makanan sushi akan mengetahuinya, sekalipun belum pernah mencoba memakan sushi secara langsung. Sushi dikenal sebagai makanan khas Jepang yang berisi nasi, sayuran, seafood, dan buah-buahan. Berbicara mengenai seafood pada sushi,Ikan Salmon sebagai salah satu seafood yang sering dijadikan isian atau topping oleh masyarakat. Mengapa demikian? Karena Ikan Salmon mengandung nutrisi yang kaya manfaat bagi kesehatan tubuh manusia, diantarannya melindungi kesehatan tulang, mengoptimalkan sistem otak dan saraf, mengontrol tekanan darah, dan menurunkan resiko penyakit berbahaya.

Tidak hanya kaya akan manfaat, Ikan Salmon juga memiliki perjuangan hidup yang menginspirasi manusia. Bagaimana tidak? Setiap musim tertentu, Ikan Salmon akan bermigrasi dari laut (hilir) ke hulu sungai untuk menetaskan telurnya. Perjuangan lelah dan panjang di lalui oleh Ikan Salmon agar dapat meneteskan telur di hulu sungai. Rintangan ombak besar, kuatnya arus air yang berlawanan, banyaknya bebatuan, tidak mengecilkan semangat gerombolan Ikan Salmon untuk mencapai ke hulu sungai. Tidak dipungkiri, banyak Ikan Salmon yang mati kelelahan atau di lahap oleh predator, seperti elang dan ikan hiu selama perjalanan. Namun, kegigihan dari gerombolan Ikan Salmon berbuah manis, tatkala suatu Ikan Salmon betina berhasil menetaskan telur dan mengembangbiakkan anak di hulu sungai.

Bagi kita, berkendara dengan melawan arus berisiko tinggi tertabrak kendaraan dari arah yang berlawanan. Tidak hanya itu, seorang pengendara juga dapat dikenai sanksi tilang oleh polisi lalu lintas, di kala nekat untuk melawan arus dalam berkendara. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, terkadang masyarakat harus memilih untuk melawan arus terhadap sesuatu yang kurang sependirian dan sepaham dengan arus yang ada. Sebagai contoh, seorang pelajar berusaha jujur selama ujian berlangsung, ia menjawab pertanyaan secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan teman-teman di kelasnya yang berusaha mengejarkan ujian dengan berbagi jawaban satu sama lain.

Melawan arus bisa positif, bisa juga negatif, tergantung dengan tujuan yang hendak di capai dari melawan arus itu sendiri (Ris Sukarma, 2017). Melawan arus lalu lintas tentu saja merupakan suatu perbuatan negatif (kecuali dalam keadaan tertentu dengan pengaturan polisi lalu lintas, seperti one way system). Sedangkan kejujuran siswa dalam mengerjakan ujian sebagai perbuatan melawan arus yang positif, karena seorang siswa tersebut tidak ingin meniru teman-teman lain yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus. Melawan arus yang positif juga bisa di tiru dari perjuangan Ikan Salmon yang sanggup melawan derasnya arus air untuk mencapai hulu sungai, tanpa mengubah aliran air sungai sedikitpun.

Mutu pendidikan suatu negara biasanya didasarkan pada skor PISA (Programme for International Assessment) yang dikeluarkan oleh lembaga OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). OECD menempatkan Indonesia pada peringkat 72 dari 77 negara dalam bidang membaca, peringkat 72 dari 78 negara dalam bidang matematika, serta 70 dari 78 negara dalam bidang sains (Tommy Kurnia,2019). Ada dua faktor yang melatarbelakangi mutu pendidikan di Indonesia mengalami penurunan. Pertama, rendahnya kualitas dan kesejahteraan tenaga pendidik. Rendahnya kualitas tenaga pendidik disebabkan oleh kualifikasi tenaga pendidik yang belum melewati standar mutu pendidikan yang dibutuhkan. Masih banyak tenaga pendidik yang malas untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi dalam mengajar. Banyak ditemukan tenaga pendidik yang mengajar dengan metode monoton, tanpa melihat output dari pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, sistem perekrutan tenaga pendidik yang ugal-ugalan membuat kualitas tenaga pendidik kurang diprioritaskan. Perekrutan calon tenaga pendidik  sebatas formalitas untuk mengisi kekosongan posisi tenaga pendidik yang sudah purna, tanpa melihat kemampuan, bakat, dan sikap profesional dari calon tenaga pendidik tersebut. Kedua, kurikulum pendidikan yang rumit. Perlu disadari bahwa kurikulum pendidikan Indonesia saat ini memiliki banyak mata pelajaran, yang tentu saja merugikan peserta didik itu sendiri. Karena peserta didik harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan, bukan disesuaikan dengan kemampuan atau bakat dari masing-masing peserta didik tersebut.

Merdeka Belajar merupakan sebuah konsep pembelajaran yang menekankan pada penyederhanaan kurikulum pendidikan dan partisipasi aktif dari peserta didik. Merdeka Belajar dimaknai sebagai konsep yang memberikan kebebasan untuk belajar mandiri, dan kreatif,. Seluruh unit pendidikan, yakni guru, dosen, siswa, dan mahasiswa diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang sederhana, kreatif, nyaman, dan menyenangkan. Pengaftifkan jalannya diskusi dalam kelas sebagai contoh dari penerapan Konsep Merdeka Belajar. Sehingga guru dan dosen bukan lagi berperan sebagai penceramah yang menjelaskan materi secara rinci dari awal sampai akhir, melainkan guru dan dosen berperan sebagai seorang mentor yang membimbing siswa atau mahasiswa untuk menyampaikan materi, dan memandu jalannya diskusi. Guru dan dosen tidak lagi memberikan pertanyaan kepada siswa dan mahasiswa untuk di jawab, melainkan meminta sesama siswa atau mahasiswa untuk saling bertanya dan menjawab satu sama lain. Selain itu, Konsep Merdeka Belajar juga memberikan keleluasaan guru, dosen, siswa, dan mahasiswa untuk berinovasi dalam belajar dengan memanfaatkan teknologi digital.

Konsep Merdeka Belajar diibaratkan sebagai suatu langkah melawan arus yang positif. Mengapa demikian? Karena Kemendikbud berani membuat sebuah terobosan baru yakni penyerdehanaan kurikulum dan metode pembelajaran. Terobosan ini menandakan satu langkah lebih maju dari pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, pembaruan pendidikan hanya meliputi perubahan kurikulum dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini tanpa diimbangi dengan perubahan metode pembelajaran, dan pengawasan  pendidikan di lapangan. Bentuk lawan arus pada terobosan Kemendikbud saat ini dapat menjadikan peserta didik  untuk berani menjadi seorang pemimpin, penggerak, dan penemu di masa mendatang dalam segala bidang. Bukan hanya sebagai penonton dan pelaksana  dalam segala bidang, terlebih yang berhubungan dengan perubahan.  Sehingga Indonesia dapat mencetak generasi-genarasi unggul dalam menyongsong Indonesia Maju di masa mendatang, yakni satu abad Indonesia tahun 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun