PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, adat istiadat dan kekayaan intelektual dari masyarakatnya. Kekayaan Indonesia tersebut bersatu padu dan melebur dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat lokal yang tersebar diberbagai kawasan di Indonesia. Salah satu warisan keberagaman budaya dan kekayaan intelektual bangsa Indonesia dapat dilihat dalam langgam-langgam sistematika kelompok masyarakat lokal membangun tempat tinggal dan tata ruang. Seperti halnya kalangan bangsawan Sunda yang mendirikan rumah tinggal mereka dengan gaya arsitektur tradisional dan tata ruang yang unik serta mengandung filosofi serta kosmologi yang mendalam. Bentuk rumah adat kalangan bangsawan Sunda umumnya adalah rumah panggung.Â
Dalam poin ini, rumah tradisional kaum bangsawan Sunda mempunyai karakteristik yang khas, yaitu memiliki bentuk atap yang disesuaikan dengan kondisi alam, fungsi dan adat istiadat masyarakat setempat. Kemudian, untuk material yang digunakan untuk membangun rumah tinggal tersebut juga diambil dari sumber alam setempat dengan dikombinasikan dengan gaya arsitektur tradisional Sunda yang identic dengan model tata ruang berdasarkan penggunaan denah rumah Sunda area depan atau teras, area perempuan atau dapur dan ruang netral atau ruang tengah yang digunakan untuk berkumpul keluarga. Model tata ruang rumah kalangan bangsawan Sunda tersebut identik dengan penggunaan ragam hias Sunda untuk dekorasi tiap-tiap ruangan, baik dekorasi dinding-dinding rumah gebyog yang diukir dengan gaya ragam hias tersebut dan peralatan rumah tangga.
Keunikan ragam budaya dan adat istiadat yang terkandung dalam gaya arsitektur dan tata ruang bangunan tempat tinggal tradisional bangsawan Sunda merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji. Disamping nilai artistik dan estetika klasik yang terkandung dalam bangunan dan penataan ruang tempat tinggal bangsawan Sunda, pola ragam hiasan peralatan rumah tangga dan dekorasi serta pembagian area rumah dinilai sebagai representasi fenomena sosial dan perbedaan gender yang terjadi dari zaman Kerajaan dan Kesultanan Sunda yang hingga kini masih sangat kental di lingkungan masyarakat Indonesia. Selain itu, hal tersebut juga dijadikan sebagai salah satu sumber pengetahuan yang mempengaruhi evolusi tipologi seni bina dan arsitektur modern yang ada di Indonesia, baik dalam pembangunan akomodasi wisata maupun rumah-rumah minimalis sekarang ini.Â
Dalam konteks ini, arsitektur tradisional Sunda dinilai memiliki keunggulan dan karakteristik tersendiri yang merujuk pada bentuk representasi penghargaan terhadap alam ciptaan Tuhan. Maka, tidak heran jika kini banyak arsitek yang membawa konsep bangunan tradisional Sunda ke dalam rancangan bangunan modern dengan memasukkan ragam hias atau wujud ornamental tradisional Sunda, seperti motif ragam hias floral dan fauna, pada dekorasi bangunan atau ruangan. Ternyata, dibalik minat dan popularitas gaya arsitektur tradisional Sunda, tersimpan latar belakang yang berkaitan dengan fenomena sosial dan adat istiadat yang terkandung dalam tata ruangan dan gaya bangunan rumah tersebut. Dengan demikian, artikel ini akan berfokus untuk membahas idiosinkrasi dari gaya arsitektur dan tata ruang rumah bangsawan Sunda.
PEMBAHASAN
Secara teknis, konsep arsitektur rumah pangguna para bangsawan Sunda memiliki kesamaan dengan rumah adat tradisional Sunda pada umumnya, yaitu memiliki tiga fungsi untuk tidak mengganggu resapan air, kolong rumah dapat digunakan untuk aliran udara secara silang dan dapat digunakan untuk tempat penyimpanan. Kemudian, bagian tata ruang dan arsitektur rumah kalangan bangsawan Sunda juga memiliki fungsi secara simbolik atau fungsi kosmologis berdasarkan kepercayaan dan warisan nenek moyang masyarakat Sunda di mana dunia terbagi menjadi tiga bagian yaitu ambu handap, ambu luhur dan hambu tengah di mana hambu tengah adalah diibarkan sebagai pusat alam semesta dan manusia memposisikan diri sebagai pusat alam semesta, sehingga area netral yang digunakan sebagai tempat berkumpul keluarga berada di tengah-tegah rumah. Susunan ruangan-ruangan yang ada dalam bangunan rumah para bangsawan umumnya mencakup bagian tepas, pangkeng, tengah atau imah, goah, pawon dan padaringan atau tempat menyimpan beras dan bahan makanan. Maka tidak heran apabila rumah para bangsawan dan masyarakat Sunda memiliki tiang-tiang pemisah ruangan yang berfungsi kosmologis sebagai pemisah area rumah atau pemisah antara dunia bawah dan atas. Tiang-tiang rumah tersebut juga harus terletak diatas tanah yang berfungsi untuk memisahkan bagian rumah dari tanah, atau yang umum disebut dengan struktur handap, menggunakan batu yang disebut umpak dengan berbagai bentuk (utuh, lesung dan balok).
Proses pembangunan umpak atau fondasi rumah bangsawan Sunda juga melibatkan cara tradisional yaitu dina luhur taneuh (diatas permukaan tanah) atau dina jero taneuh (dikubur sebagian dalam tanah). Sedangkan untuk pembangunan struktur langit-langit dan rarangka atau struktur suhunan disusun menggunakan komponen langit-langit dan kuda-kuda (nu mikul dan nu dipikul). Tidak hanya pembagian tata ruang yang unik dan beda dari yang lain, rumah bangsawan dan masyarakat Sunda juga dibangun menggunakan sistem pembangian ruangan yang berkaitan dengan pandangan masyarakat mengenai kedudukan dari fungsi masing-masing anggota keluarga. Oleh sebab itu, daerah atau bagian rumah bangsawan Sunda juga dibagi menjadi tiga daerah terpisah berdasarkan pengguna ruangan, diantaranya: daerah wanita, daerah laki-laki dan daerah netral atau area yang dapat digunakan bagi anggota keluarga wanita dan laki-laki. Misalnya, ruangan pawon atau dapur hanya boleh digunakan untuk keperluan memasak dan pengelolaan penyimpanan bahan pangan di mana ruangan ini khusus digunakan oleh para anggota keluarga wanita, seperti ibu/istri dan anak perempuan saja. Namun, anggota keluarga laki-laki juga diperbolehkan untuk memasuki area pawon apabila memiliki keperluan penting yang harus dilakukan di area tersebut.
Tidak hanya gaya arsitektur tradisional bangunan yang unik, perabotan rumah kalangan bangsawan Sunda juga erat dengan unsur estetika, baik yang terkandung pada dinding-dinding gebyog yang berukir maupun perabotannya. Selain itu, ukuran rumah para bangsawan cenderung lebih luas dibandingkan rumah masyarakat biasa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penataan ruangan dan pemilihan perlengkapan rumah berbagai kelompok masyarakat Sunda dapat menunjukkan status sosial pemiliknya. Dalam konteks ini, rumah kalangan bangsawan Sunda pada abad 19-20 umumnya ditata dengan memperhatikan kualitas dan estetika perlengkapan rumah tangga yang sesuai dengan fungsinya. Elemen-elemen rumah bangsawan Sunda tersebut mencakup gebyog berukir, kursi goyang, lemari kaca, tempat tidur Lokcan, lemari pakaian, gotekan, meja rias dan meja makan, tempat penympanan tongkat hingga lampu gantung yang dihias dengan ukiran-ukiran gaya Sunda. Peralatan rumah tangga yang digunakan oleh para bangsawan Sunda juga ditata dan ditempatkan dengan rapi sesuai dengan fungsi dan letaknya di dalam setiap bagian ruangan dalam rumah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa arsitektur dan penataan ruang rumah tradisional masyarakat Sunda juga menggambarkan pembagian status anggota keluarga atau pengguni rumah serta strata sosial masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ukuran rumah bangsawan Sunda yang lebih besar dan memiliki peralatan rumah tangga dan dekorasi ruangan dengan estetika yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat Sunda pada umumnya. Kemudian, pada gaya arsitektur dan tata ruang rumah bangsawan Sunda juga mengandung nilai-nilai sejarah dan kebudayaan nenek moyang yang ditunjukkan pada fungsi kosmologis dan pembagian area rumah menjadi tiga bagian yang menggambarkan hidup manusia dan alam semesta. Ditambah dengan adat istiadat pembagian area rumah untuk anggota keluarga laki-laki dan perempuan yang membuktikan kentalnya perbedaan gender pada masa Kerajaan atau Kesultanan Sunda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa warisan budaya tradisional yang dimiliki masyarakat bukan semata-mata hanya barang bersejarah saja namun juga berfungsi sebagai dasar dari perkembangan ilmu dan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lalu.