Refleksi, sesi debat antara Anies Baswedan dan Moh Mahfud MD di acara Mata Najwa @ Metro TV (28 Mei 2014).
Pak Mahfud MD, Anda tidak membantah ketika Najwa katakan Anda sempat "galau tiga hari tiga malam", ketika harus memutuskan tawaran ketua timses Prabowo-Hatta. Lebih lagi, Anda meluruskan bahwa untuk sampai kepada keputusan itu sebenarnya tidaklah sulit. Bahwa menjatuhkan pilihan tersebut adalah "sulit secara psikologis", iya benar; Namun tidak tidak secara rasional. Yang paling sulit adalah bagaimana menjelaskan kepada teman-teman alur pikir Anda. Anda "tidak mampu" Anda bilang. Itu yang membuat galau, karena ketidakmampuan menjelaskan, karena Anda menghadapi "risiko". Ya risiko "ejekan-ejekan yang menyentuh martabat", kembali Anda menegaskan kepada Najwa.
Tetapi bukankah, masih segar teringat, iklan politik PKB tahun 1999 yang menampilkan alm Gus Dur, bapak ideologis Anda, beliau mengatakan: "Maju tak gentar, membela yang benar ...."
Namun kini, mengapa anda tampak ragu dan gentar? Ketika memutuskan mendukung Prabowo dan Hatta?
Mengapa takut dengan risiko? Dicaci dan dimaki? Jika anda yakin apa yang Anda perjuangkan adalah benar dan mengena di nurani yang terdalam. Bukankah dicaci dan dimaki itu sudah menjadi makanan Anda sehari-hari? Demi membela kebenaran, seharusnya bukan masalah, malah mengobarkan semangat. Mengapa takut dan galau? Kalau Anda memang benar-benar yakin. Kalau.
Jujur, sebagai pengagum berat Anda, sangat tinggi harapan ini Jokowi memilih Anda ketimbang JK. Anda adalah simbol kebaruan yang benar-benar baru, pasangan ideal bagi Jokowi dalam menata birokrasi. Kecewa di hati ketika Jokowi mengambil langkah pragmatis, memilih JK, untuk meraup suara Indonesia Timur dan kantong basis massa Islam.
Namun kecewa tak berlangsung lama, begitu mendengar Anda menerima pinangan Prabowo-Hatta. "Visi dan misi Prabowo-Hatta tidak lebih jelek daripada visi misi Jokowi-JK," ujar Anda menjawab Najwa. Tercium bau ego mengalahkan rasio, harga diri mengalahkan nurani. Mungkin memang belum saatnya Anda memimpin negeri.
JK menjadi pilihan terbaik untuk kali ini saat ini. Pilihan terbaik di antara yang terbaik. Memang JK bukan simbol kebaruan tetapi beliau diidentikan dengan terobosan, demikian logika Anies Baswedan. Setuju.
Secara rasional, saya tetap pengagum Anda dan sumbangan pemikiran-pemikiran Anda dalam hal hukum, kenegaraan, dan kebangsaan. Namun saat ini, secara psikologis, saya harus berseberangan dengan Anda.
Selamat berperang Pak Mahfud MD. Semoga saya salah.
"Lawan badminton, teman berolahraga; Lawan dalam berdebat, adalah teman dalam berpikir" (Anies Baswedan)