Mohon tunggu...
Dani Sahrani
Dani Sahrani Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar

Saya adalah seorang mahasiswa dari jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar. keseharian yang saya lakukan adalah aktif dalam mengikuti pembelajaran di kampus. hobi saya adalah membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi dan Tantangan dalam Mencapai Target Nutrisi Global 2025 dengan Kebijakan Pemberian Asi Eksklusif

21 Agustus 2024   13:50 Diperbarui: 21 Agustus 2024   13:57 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif untuk mencapai target nutrisi global 2025. ASI eksklusif tidak hanya memberikan nutrisi optimal bagi bayi, tetapi juga melindungi mereka dari berbagai penyakit dan mendukung perkembangan kognitif yang sehat. Namun, mencapai target ini memerlukan strategi yang komprehensif dan menghadapi berbagai tantangan.

Strategi dalam Mencapai Target Nutrisi Global 2025

  • Edukasi dan Penyuluhan: Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif melalui program edukasi dan penyuluhan yang melibatkan tenaga kesehatan, media, dan komunitas. Edukasi yang efektif dapat membantu mengubah persepsi dan kebiasaan yang salah mengenai pemberian ASI. Misalnya, kampanye yang menekankan manfaat ASI eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi ibu untuk menyusui.

  • Dukungan Keluarga dan Masyarakat: Membangun lingkungan yang mendukung pemberian ASI eksklusif dengan melibatkan keluarga, terutama pasangan, serta komunitas dalam memberikan dukungan moral dan praktis kepada ibu menyusui. Dukungan dari keluarga dan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan menyusui eksklusif. Misalnya, pasangan yang mendukung dapat membantu mengurangi beban ibu dan memberikan dorongan emosional yang diperlukan.

  • Kebijakan dan Regulasi: Mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pemberian ASI eksklusif, seperti cuti melahirkan yang memadai, ruang laktasi di tempat kerja, dan penegakan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI. Kebijakan yang mendukung dapat membantu ibu untuk tetap menyusui meskipun mereka harus kembali bekerja. Misalnya, perusahaan yang menyediakan ruang laktasi dan waktu istirahat untuk menyusui dapat membantu ibu mempertahankan pemberian ASI eksklusif.

  • Pelatihan Tenaga Kesehatan: Melatih tenaga kesehatan untuk memberikan konseling menyusui yang efektif dan mendukung ibu dalam menghadapi tantangan menyusui. Tenaga kesehatan yang terlatih dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh ibu menyusui. Misalnya, pelatihan mengenai teknik menyusui yang benar dan cara mengatasi masalah menyusui dapat membantu ibu merasa lebih percaya diri dan mampu menyusui.

  • Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas program dan kebijakan yang telah diterapkan serta melakukan penyesuaian jika diperlukan. Pemantauan yang baik dapat membantu mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang tepat. Misalnya, survei dan studi kasus dapat memberikan data yang berguna untuk mengevaluasi keberhasilan program dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

Tantangan dalam Mencapai Target Nutrisi Global 2025

  • Kurangnya Akses ke Informasi dan Layanan Kesehatan: Banyak ibu yang tidak memiliki akses ke informasi yang benar mengenai ASI eksklusif atau layanan kesehatan yang mendukung. Hal ini dapat menghambat upaya untuk meningkatkan angka menyusui eksklusif. Misalnya, di daerah pedesaan atau terpencil, akses ke layanan kesehatan dan informasi yang akurat mungkin terbatas.

  • Pengaruh Sosial dan Budaya: Norma sosial dan budaya yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat menjadi hambatan signifikan. Misalnya, keyakinan bahwa susu formula lebih baik atau tekanan untuk kembali bekerja segera setelah melahirkan. Mengubah norma sosial dan budaya memerlukan waktu dan upaya yang konsisten. Misalnya, kampanye yang melibatkan tokoh masyarakat dan pemimpin agama dapat membantu mengubah persepsi dan norma sosial yang tidak mendukung menyusui.

  • Pemasaran Produk Pengganti ASI: Pemasaran agresif produk pengganti ASI sering kali menyesatkan ibu dan mengurangi tingkat pemberian ASI eksklusif. Penegakan Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Misalnya, iklan yang menyesatkan mengenai manfaat susu formula dapat membuat ibu ragu untuk memberikan ASI eksklusif.

  • Kondisi Ekonomi: Ibu yang bekerja sering kali menghadapi kesulitan dalam mempertahankan pemberian ASI eksklusif karena kurangnya fasilitas yang mendukung di tempat kerja. Kebijakan yang mendukung, seperti cuti melahirkan yang memadai dan ruang laktasi di tempat kerja, dapat membantu mengatasi tantangan ini. Misalnya, ibu yang harus kembali bekerja segera setelah melahirkan mungkin kesulitan untuk menyusui secara eksklusif tanpa dukungan yang memadai.

  • Pandemi COVID-19: Pandemi telah memperburuk situasi dengan mengurangi akses ke layanan konseling menyusui dan meningkatkan stres serta ketidakpastian di kalangan ibu. Pandemi juga telah mengganggu rantai pasokan dan distribusi produk kesehatan yang penting untuk mendukung menyusui. Misalnya, pembatasan sosial dan penutupan fasilitas kesehatan dapat menghambat ibu untuk mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Kesimpulan

            Mencapai target nutrisi global 2025 melalui kebijakan pemberian ASI eksklusif memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat dan mengatasi tantangan yang ada, kita dapat memastikan bahwa setiap bayi mendapatkan awal kehidupan yang sehat dan optimal. Dukungan yang konsisten dan komprehensif sangat penting untuk mencapai tujuan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun