Mohon tunggu...
DANIS PRATIWI
DANIS PRATIWI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konteks Historis Komunikasi Internasional: Masa Perang Dingin

26 September 2018   13:13 Diperbarui: 26 September 2018   13:23 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang  perjalanan hidup manusia, komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan pribadi hingga kancah internasional. Perlu untuk kita ketahui bagaimana sejarah perkembangan komunikas Internasional. Komunikasi internasional merupakan cara bertukar pesan antar negara baik itu pertukaran informasi yang positif atau negative.

Pada masa Yunani kuno komunikasi disebut sebagai retorika yaitu cara penyampaian pesan yang bersifat persuasive  untuk mempengaruhi pola pikir audiens yang mendengar. Baik itu dalam penyebaran intelektualitas, agama, politik maupun ideologi. Kemunculan komunikasi sendiri telah ada dan berkembang sejak zaman mesis, namun berkembang sistematiis pada masa Yunani.

Komunikasi mengalami pertumbuhan pesat pada era 1900 tepatnya saat perang dunia ke II berlangsung, pada masa tersebut komunikasi digunakan sebagai ilmu terapan, khususnya pada sektor media dan broadcasting dimana wilayah perkembangannya berada di Eropa Barat.

Setelah perang dunia II usai, terjadilah perang dingin yang terjadi pada tahun 1945 hingga 1991 dengan dua negara pelopor yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Perang ini tidak menggunakan senjata sebagai maupun kekuatan militer melainkan ideology yang menjadi sumber kekuatan utama. Kedua negara poros tersebut menggunakan komunikasi sebagai alat propaganda untuk mengadu kekuatan.

Pada awal dimulainya perang dingin, pemerintahan Inggris membuat pertahanan yang dibuat oleh masyarakat sebagai tameng dari serangan musuh karena propaganda ini sangat mempengaruhi banyak orang untuk berpartisipasi dalam perang dingin. Ketika Red Scare sedang trending, pemerintah Amerika menggambarkan peristiwa tersebut kedalam buku, film hingga komik dengan isian penentangan terhadap paham komunis.

Propaganda benar-benar dibuat untuk memunculkan rasa benci kepada masyarakat terhadap negara yang diserang. Muncul berbagai macam dampak negative dengan adanya propaganda ini, namun sama sekali tidak dihiraukan oleh si pembuat propaganda. Penanaman kebencian terhadap masyarakat ini diharapkan membangkitkan semangat dan dukungan penuh masyarakat terhadap pemerintahnya masing-masing yang pada akhirnya menyebabkan makin parahnya perang tersebut.

Kedua negara poros tersebut memiliki caranya tersendiri dalam penyampaian propaganda, Uni Soviet menggunakan kekuatan militernya untuk memukai masyarakat, sedangkan Amerika menggunakan industry media dan film dalam penyebaran propaganda maupun dalam menarik minat masyarakat untuk mendukungnya. Sehingga banyak sekali orang-orang yang tidak mengetahui apa-apa menjadi terjebak dalam konflik karena kurangnya pengetahuan terhadap maksud dan tujuan perang ini. Amerika menggunakan Televisi hitam putih dan radio dalam penanaman doktrin-doktrin sekaligus propaganda kepada masyarakat mereka. Melalui kedua media tersebut, Amerika menyampaikan bahwa orang-orang berkulit putih merupakan ras superior dimana mereka mampu mengalahkan kekuatan Uni Soviet. Mereka menyampaikan propaganda bahwa Uni Soviet berada pada poros yang salah dan tidak seharusnya berada diatas angin. Selain televise dan radio, masyarakat juga terpapar propaganda melalui karangan novel, baik fiksi maupun paperback dan juga komik. Dengan biaya rendah, kedua benda tersebut dapat dengan mudah dijangkau masyarakat. Novel dan komik tersebut berisikan konten-konten anti Soviet dan anti komunisme hingga dampak yang ditimbulakn dengan adanya paham komunis. Berisikan aksi-aksi heroik para koboi penunggang kuda dalam misi penyelamatan mereka, komik ini benar-benar mampu membius anak-anak muda menjadi anti komunis. Dampak lain yang ditimbulkan dengan anti komunis tersebut ialah, banyak orang-orang yang tidak dizinkan mengekspresikan gagasan mereka hingga pencegahan dalam beberapa pekerjaan sehingga banyak masyarakat yang kehilangan haknya untuk bekerja karena hal tersebut.

Melihat pergerakan Amerika, Soviet tidak mau kalah dalam penyebaran propaganda. Negara tersebut juga menggunakan radio, sastra dan film sebagai alat propagandanya. Mereka banyak mempertontonkan pawai militer secara terus-menerus dengan tujuan agar masyarakat mengetahui bahwa tentara mereka adalah pasukan yang paling tidak bisa dikalahkan. Melalui radio, stalin menyampaikan pesan bahwa komunis harus menjunjung tinggi kebersamaan mereka, ia pun menggambarkan bahwa orang Amerika memiliki sifat rasis, seksis, berbahaya dan acuh terhadap orang lain. Berbeda dengan Amerika, Stalin melakukan propagandanya secara terang-terangan dan bersifat langsung. Namun, propaganda dari kedua negara tersebut sama-sama berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun