Bung Karno, "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia". Perkatakan presiden pertama Indonesia yang sangat fenomenal tidak sekedar di kalangan pelajar saja. Kata-kata tersebut telah mekar hingga sekarang ini dan dijadikan semboyan para pemuda yang antusias membangun bangsa. SPERPAT misalnya, sekumpulan pemuda yang beberapa hari belakangan ini ikut serta meraba bangsa.Â
SPERPAT (Solidaritas Pemuda RT 4) mekar ikut serta membangun peradaban khususnya di wilayah dukuh Kembang, desa Mandiraja, kecamatan Moga, kabupaten Pemalang.Â
"SPERPAT kita dirikan sebagai wadah dari sebuah dukuh atau desa, agar ketika ada apa-apa dalam urusan politik ataupun kegiatan meramaikan desa lebih enak untuk dipersatukan. Kita tidak terus menerus mengandalkan orang tua untuk membangun desa, sudah saatnya pemudalah yang bergerak dalam kegiatan atau kebutuhan apa yang seharusnya dilakukan di zaman kiwari ini" (26/4/2023) ujar Tulus selaku ketua RT 4.
Sugguh, sudah saatnya pemuda ikut serta dalam membangun desa. Tidak sekedar ngang-ngeng-ngong, ngopa-ngopi tanpa diskusi padahal dunia atau di wilayah desa sekalipun sedang morat-marit. Siapa lagi kalau bukan pemuda? Bahkan orang tuapun ketika ditanya mengenai anggaran desa misalnya beberapa menjawab tidak tahu. "Mengenai peran SPERPAT sudah termaktub dari logo dan namanya, semoga sudah jelas tanpa menjelaskan" lanjut Tulus.
Wajar jika dari nama dan logo agak sedikit membingungkan bagi pembaca, kenapa namanya begitu? Kenapa logonya begitu? Seluruh nama dan logo memiliki filosofi tersendiri, yang terpenting penulis menulis mengenai kegiatan yang sudah terlaksana.
"Nama dan logo telah dirangkai sedemikian rupa, para pemuda suka, tinggal kita rangkai filosofinya" (6/5/2023) ujar Itah, selaku penggiat pemuda yang ikut serta meramaikan kegiatan.
SPERPAT memiliki keanggotaan yang mayoritas perantauan, sehingga memiliki potensi kegiatan dengan dalih Kita Meninggalkan, tapi Apa yang Kita Tinggali? Kebetulan beberapa hari ke depan para perantau akan meninggalkan kampung halamannya. Potensi besar untuk seuatu kegiatan.Â
"Nguripi desa, sedurunge pada mangkat, gawe kegiatan misale kerigan atau gawe panggok" ucap Riki dengan semangat menggunakan bahasa ngapak.
Semoga dengan adanya SPERPAT bisa menjadikan wadah kehidupan bagi desa dan lingkugan sekitar, agar pemuda tidak bingung menetukan jalan bagaimana bertindak sewaktu pulang kampung khususnya. Tentu "pulang kampung, bangun kampung" bisa dijadikan pijakan bagi setiap orang yang peduli terhadap lingkungannya. Kendati demikian, fenomena desa kita yang minim perubahan kemajuan akan terus terpuruk karena pemuda meninggalkan peran penting terhadap desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H