Mohon tunggu...
Likadarma
Likadarma Mohon Tunggu... Penulis - Lingkar Kajian Kedaerahan Pemalang

Gerbang penggalian nilai-nilai kedaerahan untuk kemajuan pengetahuan Pemalang dan kePemalangan yang tulen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Mahasiswa dan Ke-Pemalangan yang Seharusnya

26 September 2022   22:23 Diperbarui: 26 September 2022   22:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 ) Menjadi penjawab masyarakat

Pandangan dari beberapa masyarakat Pemalang kepada mahasiswa adalah seperti siswa-siswa biasa, bahkan lebih parah lagi dipandang sebagai orang yang menghabiskan harta orang tua dan kegiatannya sekedar tura-turu tok. Seolah-olah menjadi mahasiswa adalah beban dan hanya diperuntukan kepentingan diri sendiri di masa depan agar memiliki pekerjaan agak lebih cerah. Padahal di perguruan tinggi pada umumnya megajarkan pengabdian masyarakat.

Menjadi penjawab masyarakat dari elemen pemeritahan, bisa saja menjadi tugas besar bagi mahasiswa. Selain masyarakat memandang sebelah mata, mereka juga memandang di lain mata mengenai kecerdasan mahasiswa dalam hal intelektualnya. Tidak sedikit masyarakat memandang mahasiswa sebagai penggerak keadilan, karena melalui televisilah mereka tahu demo-demo yang berlangsung. Dari sudut pandang itulah ke-peka-an mahasiswa dalam menjalankan aspirasi masyarakat kepada pemerintahan.

2 ) Menghidupkan karang taruna

Pada umumnya, karang taruna diartikan sebagai perkumpulan remaja, yang dalam hal ini biasanya sebuah komunitas desa dalam menggerakan kesadaran kepada masa depan desanya sendiri. Namun demikian, karang taruna di beberapa desa banyak yang redup dikarenakan faktor-faktor tertentu seperti kurang di perhatikannya oleh desa dan rasa bosan yang menimpa setiap remaja dikarenakan suatu kegiatan yang monoton. Padahal, karang taruna memiliki andil besar dalam berjalannya suatu desa yang makmur, misalnya observasi mengenai lingkungan di sekitar, menjadi penyalur aspirasi masyarakat dan mengkritisi suatu sistem pemerintahan desa.

Mahasiswa sebagai agen peradaban dan agen perubahan, banyak diharapkan oleh remaja-remaja di sekitar untuk memberikan motivasi dan penggerak lingkungan karena mereka percaya ajaran-ajaran mahasiswa memasuki ranah tersebut. Sejatinya, karang taruna bisa membangun mahasiswa yang dipandang tura-turu tok untuk mengisi kegiatan sekaligus mengamalkan apa yang seharusnya dilaksanakan.

3 ) Melestarikan budaya

Sebagai negara yang multikultural, sepertinya su’ul adzab jika mahasiswa meninggalkan kultur tulennya sebagai masyarakat Pemalang. Seiring dengan berkembangnya zaman, citra kebudayaan akan mulai redup dikarenakan anak cucu sangat birahi dalam mengelola zaman. Seakan-akan mereka menciptakan budayanya sediri melalui teknologi yang melimpah ruah. Mahasiswa harus bisa menghilang kesu’ul adzaban tersebut melalui ajaran-ajaran yang dilantunkan dari sesepuh, sehingga selain mengenal nenek moyang juga melestarikan ajaran. Ada beberapa budaya yang diketahui di kabupaten Pemalang yang memiliki sifat historis, seperti kuda lumping, kuntulan, sintren, ruwat bumi, sedekah laut dan bumi.

4 ) Mengembangkan potensi

Mahasiswa juga sering dianggap sebagai seorang yang menimba ilmu di lingkungan kota dengan mengelupas berbagai buku. Hadirnya di lingkungan masyarakat sering menjadi acuan mindset yang berbeda, sehingga dalam mengembangkan potensi seharusnya menjadi kewajiban baginya. Potensi tidak hanya sesuatu yang menghasilkan uang saja, tetapi pengetahuan pun juga merupakan potensi untuk berdirinya suatu negeri. Literasi misalnya, mahasiswa bisa megembangkan minat literasi di suatu daerahnya, mengenai penting dan demi masa depan negeri.

Dari berbagai aspek yang seharusnya mahasiswa lakukan demi menuju Pemalang yang diidamkan. Menjadi mahasiswa tidak sekedar membaca dan menulis, tetapi mahasiswa hadir untuk sosial dalam rangka mengabdi. Sudah wajar, mahasiswa dipandang tinggi, walaupun ada juga yang memandang sebagai beban, hal tersebut bergantung bagaimana mahasiswa menggunakan akal dan nalarnya demi mengembangkan tatanan sosial dan pemerintahan. Yang terpenting, dapat menjadi penyuara aspirasi masyarakat kepada pemerintah demi terlaksananya pembangunan dan tersalurnya kebijakan sosial secara merata.

 

Sumber: hasil diskusi LIKADARMA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun