Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Simplifikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mana Korban Lebih Banyak, Jembatan Runtuh atau Jalan Berlubang?

30 November 2011   03:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:01 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berita jembatan runtuh begitu menyita perhatian. Prasangka negatif bermunculan dari semua arah, dan para pihak yang terkaitpun muai ketar-ketir, dari yang takut dibui sampai yang takut dimutasi. Wajarlah banyak pihak marah, korbannya tidak sedikit.

Salah satu hal yang dipertanyakan adalah maintenance jembatan tersebut, adakah? Dari salah satu tulisan yang cukup menarik, sedikit terang bahwa maintenance fasilitas jembatan yang cukup kritikal tersebut ternyata tidak ada. Ini tentu kalah sama jembatan gantung di kampung dulu yang setiap saat ada orang yang mengamati dan merawat, walau biayanya didapat dari sukarela para pemakai jembatan yang lewat.

Sepertinya ketiadaaan perawatan ini terjadi di banyak fasilitas, bahkan di alat transfortasi sekelas pesawat terbangpun mungkin pernah terjadi. Tapi yang mungkin terasa oleh banyak orang adalah perawatan jalan.  Rasanya hampir tidak ditemukan jalan yang tidak berlubang, terutama di jalan yang jarang dilalui pejabat tinggi. Kalau jalan semacam jalan cibubur-cikeas sih tentu saja mulus terus.

Bagi pesepedamotor jalan berlubang ini bisa berakibat fatal, terutama di jalan yang ramai. Terjatuh dari motor bisa menjadi sasaran tabrak kendaraan lain. Saya beberapa kali hampir terjatuh, dan sekali pernah sampai membuat dada sesak karena hampir lepas pegangan stang. Anda pernah mengalaminya?

Kelihaian para pengendara sepeda motor dan ditambah kasih sayang Tuhan mungkin yang membuat mereka selamat. Yang celaka? Mungkin tidak sedikit angkanya, hanya saja tidak terjadi berbarengan seperti halnya korban jembatan runtuh sehingga kurang banyak diperhatikan.

Jadi inget ungkapan 'ada tidak menggenapkan, tidak ada tidak mengganjilkan', cocok sekali untuk para pengelola negara sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun