Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Simplifikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN: Kombinasi Kebodohan, Kejahatan dan Pembangkangan

27 April 2010   22:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, judul di atas memang emosional. Berita TV pagi ini, juga berita-berita online, menyajikan pemandangan yang membuat jengkel. 'Brengsek!' itulah ungkapan pertama menyimak dampak UN, Ujian Nasional, yang kini sedang menuai badai.

Kejengkelan pertama ada pada berita 267 sekolah yang siswanya 100% tidak lulus yang seharusnya disampaikan sambil menangis memohon ampun pada Tuhan. Kejengkelan tidak terhenti, berita TV memperlihatkan bagaimana siswa-siswa yang kecewa mengamuk melempari sekolahny. Berita siswa minum racun? itu mungkin sudah biasa paska UN.

UN benar-benar kombinasi kebodohan, kejahatan, dan Pembangkangan. Mungkin masih banyak komponen-komponen negatif lainnya, tapi tiga hal tersebut sudah cukup untuk meruntuhkan masa depan negeri ini.

UN adalah kebodohan. Kebodohan para penentu kebijakan pendidikan negeri ini yang menganggap bahwa segelintir mata pelajaran adalah simbol keberhasilan pendidikan nasional. Apakah jika kita tidak cakap Matematika dan Bahasa Indonesia lantas kita gagal hidup? tidak bisa turut serta membangun negeri? Apakah kepintaran akademik akan menjadikan seseorang patriot di kemudian hari?

UN adalah kejahatan. Kejahatan karena merampas masa depan sebagian siswa. Mungkin prosentasenya bisa dihitung jari, tapi mereka adalah manusia yang hak-haknya tidak bisa hilang karena pembulatan prosentase. Orang-orang 'bodoh' pun berhak untuk melanjutkan hidup.

UN adalah pembangkangan. Pembangkangan karena sejatinya sekarang tidak ada UN lagi. MA sudah melarangnya. Wajarlah jika siswa-siswa yang tidak lulus kemudian merusak sekolahnya. Mereka belajar jadi pembangkang dari mbahnya pendidikan nasional.

Menagislah hai menteri, jangan namanya saja yang kau ambil, tapi teladani juga ahlak Muhammad dan Nuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun