Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saat Negara Normalisasi Diskriminasi Usia

6 Agustus 2024   19:18 Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:22 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batasan usia dalam lowongan pekerjaan menjadi momok tersendiri bagi sebagian pelamar. | Foto: Antara

Asep (bukan nama sebenarnya) pernah bercerita tentang sulitnya masuk ke perusahaan tertentu. Ketika lulus kuliah, ia berusia 23 tahun dengan modal pengalaman organisasi dan magang.

Ia lalu mencoba mengirim lamaran ke bank. Salah satu syarat yang tertera adalah adanya batasan usia yaitu 23 tahun dan maksimal 25 tahun untuk S1. 

Dua Minggu berselang, Asep menerima pemberitahuan. Singkatnya ia tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan sehingga harus menunggu selama dua tahun lagi untuk bisa melamar di perusahaan tersebut.

Setelah resign dari tempat kerja, Asep lalu mencoba melamar pada perusahaan yang dulu ia lamar saat berstatus fresh graduate itu. Kali ini, ia cukup percaya diri karena telah memiliki pengalaman kerja. Harapan diterima di perusahaan impian itu cukup besar dengan modal pengalaman di bidang marketing.

Akan tetapi, lagi-lagi perusahaan tersebut menolak Asep. Kali ini, Asep ditolak karena usianya sudah 25 tahun lebih dua bulan. Asep adalah salah satu teman saya yang memiliki pengalaman melamar kerja yang ditolak karena batasan usia.

Di sisi lain, batasan usia kerja lumrah kita jumpai dalam poster lowongan kerja. Selain batasan usia kerja, terkadang ada posisi kerja yang mensyaratkan penampilan menarik alias good looking.

Namun, batasan usia yang sering menjadi sorotan. Adanya batasan usia dinilai diskriminatif karena untuk usia-usia tertentu dianggap sudah tidak produktif. Padahal dari sisi kualifikasi jelas memenuhi.

Pada akhirnya, kelompok seperti ini ditolak bukan karena tidak memenuhi kualifikasi lagi tapi dari sisi usia. Tentu hal tersebut menyakitkan karena faktanya bagi mereka yang berusia 27 tahun ke atas tetap butuh makan. 

Munculnya Ageisme

Diskriminasi usia atau ageisme lumrah kita temui baik dalam ranah pendidikan atau dalam dunia kerja. Misalnya dalam ranah pendidikan bisa kita jumpai saat ingin mendaftar UTBK (dulu SBMPTN).

Maksimal bisa mendaftar SBMPTN adalah dua tahun setelah kelulusan SMA. Nah jika gagal dua kali, sudah dipastikan gagal masuk universitas yang diimpikan. Hal itu karena tidak ada kesempatan ketiga karena syarat tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun