Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Saat Gibran Tiru Strategi Jokowi pada Debat Cawapres 2024

23 Desember 2023   08:44 Diperbarui: 23 Desember 2023   09:22 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran saat debat cawapres. | Foto: Antara Foto

Debat Cawapres 2024 sudah digelar pada hari Jum'at 22 Desember 2023. Tema debat kali ini adalah ekonomi, keuangan, investasi pajak, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan. 

Pada debat cawapres kali ini, Cak Imin masih memakai pakaian yang senada dengan debat perdana saat mendampingi Anies. Pun begitu dengan Gibran. Hanya Mahfud MD yang berbeda karena memakai baju Madura. 

Di sisi lain, Gibran tampil cukup baik dan melebihi ekspektasi publik. Sejak awal, Gibran diprediksi akan kewalahan. Harus diakui, penampilan Gibran cukup baik.

Di balik itu, ada momen menarik pada sesi tanya jawab. Strategi yang dipakai oleh Gibran dalam sesi tanya jawab mirip dengan yang dilakukan oleh Pak Jokowi pada debat capres saat bersua Prabowo. 

Pada momen pertama, Gibran sempat bertanya pada Pak. Mahfud terkait regulasi Carbon Capture and Storage. Di sini Gibran memakai istilah asing. Lalu, Pak Mahfud menjawab dengan detail terkait proses pembuatan undang-undang.

Hal itu diawali dengan membuat naskah akademik hingga undang-undang itu selesai. Gibran lalu kembali bertanya jika apa yang disampaikan oleh Pak Mahfud terlalu mengambang dan dinilai tidak menjawab pertanyaannya.

Kemudian Pak Mahfud mengulang jawaban yang sama. Pak Mahfud menyebut dalam membuat peraturan harus ada masalahnya dulu. 

Pada momen ini, saya jadi teringat kembali ketika Pak Jokowi memakai istilah asing saat bertanya pada Pak Prabowo pada debat capres 2019.

Saat itu, Pak Jokowi bertanya soal unicorn pada Pak Prabowo. Unicorn merujuk pada istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perusahaan privat yang telah mengantongi valuasi lebih dari 1 miliar dollar. Di atas unicorn masih ada decacorn. 

Gibran benar-benar memakai strategi yang dipakai oleh Pak Jokowi. Dalam sesi tanya jawab, Gibran bertanya pada Cak Imin bagaimana cara menaikkan peringkat Indonesia di SGIE. 

Cak Imin pun menjawab jika ia tidak tahu apa itu SGIE. Cak Imin bahkan mengaku belum mendengar istilah itu. Saya sendiri jujur tidak tahu apa itu SGIE. 

Gibran lalu memaparkan jika SGIE itu penting. Gibran lalu menyinggung soal wisata halal, skincare halal dan sebagainya. SGIE yang dimaksud Gibran adalah State of the Global Islamic Economy.

Cak Imin lalu menjawab jika peringkat Indonesia di SGIE mesti ditingkatkan karena mayoritas muslim. Langkah yang disinggung Cak Imin adalah dengan menyiapkan seluruh regulasi agar industri halal dapat berkembang. 

Gaya Gibran saat bertaya tentang SGIE sangat mirip saat Pak Jokowi bertanya soal TPID pada Pak Prabowo pada debat capres 2014. Pak Prabowo tidak tahu apa itu TPID dan berujar tidak terlalu menguasai singkatan. 

Ternyata, TPID yang dimaksud Pak Jokowi adalah Tim Pengendalian Inflasi Daerah. 

Dari debat cawapres kali ini, saya memiliki pandangan pribadi terutama pada sesi tanya jawab. 

Menurut hemat saya, paslon harus memakai bahasa yang mudah dimengerti. Memang ini adalah panggung adu gagasan. Tapi, bahasa yang harus digunakan adalah bahasa yang mudah dicerna dan dimengerti masyarakat secara luas. 

Bagi saya, orang cerdas adalah mereka yang bisa menyederhanakan sesuatu yang rumit bukan sebaliknya. Kemudian pertanyaan yang diajukan harus lebih pada substansi.

Misalnya terkait SGIE, di sini saya bukan bermaksud membela siapapun, tapi saya sebagai orang awam pun tidak tahu apa itu SGEI. Alangkah lebih baik jika langsung bertanya pada substansinya yaitu ekonomi syariah. Orang-orang akan lebih mudah menangkap istilah tersebut. 

Yang terjadi adalah saya atau mungkin yang lain terfokus pada kepanjangan SGIE. Akhirnya fokusnya bukan pada substansi tapi kepanjangan singkatan tadi. Untuk itu, dalam sesi tanya jawab sebaiknya pertanyaan harus lebih bersifat substansi karena debat adalah momen adu gagasan. 

Di sisi lain, saya juga selalu bertanya fungsi panelis di situ apa? Sangat pasif, hanya ditugaskan untuk memilih pertanyaan tema debat. Mungkin lain kali bisa diubah, panelis yang bertanya dan moderator hanya memandu saja. 

Jadi, ada interaksi antara panelis dan calon sehingga debat menjadi lebih hidup. Alangkah lebih baik lagi jika panelis diberi kesempatan untuk menguji setiap jawaban para calon. Mungkin itu jauh lebih seru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun