Elektabilitas Ganjar pada bulan Maret mencapai 27,7 persen. Setelah bersuara di Piala Dunia atau April, elektabilitas Ganjar menurun menjadi 19,8 persen.
Praktis, dengan hasil itu, kini elektabilitas Ganjar berada di bawah Prabowo Subianto dengan elektabilitas 22,2 persen.
Tentu yang menarik untuk kita nantikan adalah siapa sosok yang akan mendampingi Ganjar. Presiden Jokowi bahkan menyebut beberapa nama seperti Erick Thohir, Mahfud MD, hingga Prabowo Subianto.
Lalu, siapakah sosok yang akan menjadi wakil bagi Ganjar? Ada dua cara bagi PDIP untuk mengusung capres bagi Ganjar. Cara pertama tanpa berkoalisi, dan cara kedua dengan berkoalisi.
PDIP merupakan satu-satunya partai yang memenuhi ambang batas presiden. Suara kursi PDIP di parlemen mencapai 20 persen. Artinya, meski sendiri PDIP bisa saja mengusung calon dari kader sendiri.
Nama Puan Maharani atau Tri Risma Maharini bisa saja mengisi posisi tersebut jika PDIP tidak akan berkoalisi. Akan tetapi, hal itu terlalu beresiko karena mau tidak mau PDIP butuh partai lain.
Utamanya untuk mengerek kembali elektabilitas Ganjar yang turun pasca Piala Dunia U20. PDIP diketahui telah menjalin komunikasi dengan beberapa partai termasuk dengan Gerindera. PDIP pun santer diisukan akan bergabung dengan Koalisi Besar.
Akan tetapi, hal itu sulit teralisasi karena baik Gerindera dan Golkar masih mengusung ketua umumnya masing-masing. Tentu akan sulit bagi PDIP jika ingin memimpin kembali koalisi.
Apalagi, Gerindera pun berhasrat ingin memimpin koalisi dengan mengusung Parbowo Subianto sebagai capres. Tentu hal itu akan sulit terealisasi.
Hal itu bisa dilihat dari pernyataan Prabowo Subianto. Prabowo menyebut jika partai telah mencalonkannya sebagai capres. Selain itu, partainya juga agak kuat.
Jadi, jika melihat pernyataan itu sulit untuk merealisasikan duet Ganja-Prabowo atau sebaliknya.