Sepak bola di dunia sangat mungkin menghasilkan kiper, bek, serta gelandang elit. Namun, beda ceritanya jika striker.Â
Cerita dibuka ketika Yoichi Isagi tengah menggiring bola ke dalam kotak penalti. Saat itu, SMA Ichinan yang dibela Isagi tengah tertinggal 0-1.
Isagi memiliki dua opsi, pertama mengoper pada teman atau menembak bola langsung ke gawang. Akhirnya Isagi memilih opsi pertama karena sepak bola adalah olahraga 11 pemain.Â
Sayang, tendangan rekan Isagi justru membentur tiang gawang. Bola lalu memantul pada pemain SMA Matsuzake Kakuo dan langsung melakukan serangan balik cepat.Â
Ryosuke Kira selaku striker langsung menembak bola dari jarak jauh dan gol. Skor akhirnya 0-2 untuk keunggulan SMA Matsuzake. Berbarengan dengan itu, pertandingan selesai dan SMA Ichinan gagal lolos ke turnamen nasional.Â
Sebagai seorang striker yang memiliki talenta, Isagi merasa menyesal setelah pertandingan usai. Pikirnya akan berbeda cerita jika saat itu ia memilih menendang bola langsung ke gawang.Â
Mungkin saja skor akan berubah menjadi 1-1 dan kans untuk lolos ke turnamen nasional semakin besar. Dari sinilah Isagi mulai berkutat dengan pikiran, apakah sepak bola adalah permainan individu atau tim?Â
Toh nyatanya ketika ia memilih opsi pertama, rekan satu timnya tidak berhasil mengeksekusi peluang menjadi gol. Sebagai seorang striker yang memiliki naluri mencetak gol, jelas Isagi menyesal dengan keputusannya sendiri.Â
Antitesis Captain Tsubasa
Isagi akhirnya mendapat panggilan untuk menjalani tes di tingkat nasional. Di dalam tes itu, sebanyak 300 striker dikumpulkan untuk menjalani latihan berat guna mencari striker hebat. Program itu bernama Blue Lock.Â
Dalam Blue Lock, hanya ada satu pemain saja yang akan menjadi striker hebat dan akan membela Timnas Jepang U-20 untuk gelaran Piala Dunia. Nantinya proyek ini digadang-gadang akan membawa Jepang meraih tropi Piala Dunia.