Begitu juga dengan seseorang yang memakai baju minim, urakan, dan acak-acakan. Mereka akan dipandang sebagai pribadi yang nakal atau bahkan tidak bermoral.
Begitu juga dengan atribut agama yang dinilai suci. Jadi, seseorang yang memakai atribut agama dipandang sebagai orang alim dan baik. Tapi hal itu bertolak belakang dengan terdakwa yang melakukan kejahatan.
Akan tetapi, di balik itu ada pesan tersendiri. Memakai atribut agamis menjadi simbol jika seseorang itu telah menyesal dan kembali ke jalan yang benar. Itulah inti pesannya.
Sama halnya dengan di atas, bisa jadi di balik Sambo memakai batik ada pesan yang ingin disampaikannya. Sambo motif poleng boketan yang dipadu dengan motif bunga beragam ukuran.
Perancang busan Era Soekamto menyebut motif poleng memiliki makna tersendiri. Poleng memiliki arti keseimbangan. Dalam KBBI, poleng sendiri kain dari Bali bercorak kotak-kotak (hitam putih).
Dalam KBBI, kain ini dianggap sebagai penolak bala. Kain poleng juga memiliki makna yang sakral seperti yin dan yang di China yang maknanya memiliki dua sifat saling bertolak belakang dengan warna hitam putih.
Konsep ini mencerminkan keseimbangan kehidupan seperti siang dan malam, kanan dan kiri, kebaikan dan kejahatan.
Bisa jadi, Sambo ingin memberi pesan bahwa manusia itu memiliki dua sifat itu yakni kebaikan dan kejahatan. Mungkin juga Sambo ingin mengatakan bahwa ia telah jatuh ke dalam kesalahan yang mana hal itu menjadi keseimbangan dalam hidup.
Jadi, mungkin itulah pesan yang ingin disampaikan Sambo. Tapi, lebih jauh dari itu perihal pakaian yang dikenakan Sambo tidak ada yang salah dan tidak menyalahi aturan apa pun.
Toh hakim saja membolehkan juga. Jika pakaian Sambo dinilai kurang sopan tentu hakim akan menyuruh Sambo mengganti pakaiannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H