Bjora kemudian melakukan doxing alias spill data pribadi Puan. Selain Puan, beberapa pejabat dan politisi juga tidak lepas menjadi korban doxing Bjorka seperti Johnny G. Plate, Cak Imin, Iwan Bule, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Erick Tohir.
Selain pejabat, Bjorka juga melakukan doxing kepada Denny Siregar hingga Abu Janda. Dua orang itu kerap dianggap sebagai buzzerRp oleh warganet.
Pertanyaan siapa Bjorka bisa kita runut dari akun twitter pertamanya @bjorkanism yang sudah ditangguhkan.
Dalam satu utas di akun twitter itu, Bjorka mengaku memiliki kenalan orang Indonesia di Warsawa. Ia bahkan dirawat oleh orang tersebut.Â
Bjorka menyebut orang tersebut tidak akan bisa terdeteksi oleh Kementerian Luar Negeri akibat kebijakan tahun 1965. Bjorka juga menyebut temannya itu ingin membangun Indonesia melalui teknologi.
Meski kita tahu bahwa menjadi seorang Habibie begitu menyedihkan. Keinginan itu tidak bisa diwujudkan sampai saat ini hingga ia berpulang pada tahun lalu.
Bjorka melakukan semua ini tidak lain untuk temannya itu. Ia juga menegaskan bisa memasuki "banyak pintu" dengan mudah karena keamanan siber Indonesia masih lemah.
Jika melihat penuturan itu, tentu motif Bjorka melakukan hal tersebut sulit untuk dilepaskan dari politik. Khususnya kebijakan tahun 1965 yang ia sebutkan.
Meski begitu, beberapa data pejabat yang ia bocorkan seakan-akan menegaskan bahwa Bjorka adalah orang Indonesia. Data pejabat yang dibocorkan Bjorka hilir mudik menghiasi pemberitaan dalam negeri.
Jadi, rasanya sulit bagi orang asing yang begitu intens mengikuti pemberitaan dalam negeri. Apalagi di situ melakukan doxing kepada Iwan Bule sebagai Ketua PSSI.
Maklum PSSI sedang menjadi sorotan akhir-akhir ini akibat polemik bahwa JIS tidak sesuai standar FIFA. Tentu sulit mengatakan jika orang luar begitu intens mengikuti perkembangan berita dalam negeri.