Beberapa waktu lalu, film horor asal Taiwan Incantation menjadi perbincangan hangat di twitter. Bahkan, Incantation menjadi trending topic. Dari komentar warganet twitter, Incantation seram, mungkin sama seramnya dengan The Medium.
Terdorong oleh rasa penasaran, akhirnya penulis menonton film tersebut. Incantation bercerita tentang seorang ibu yang berusaha membebaskan anaknya dari kutukan.
Kutukan itu didapat akibat dari ulahnya di masa lalu, yakni melawan tabu di tempat terlarang. Sekelompok pemburu hantu berusaha merekam segala kegiatan ritual terlarang untuk dijadikan konten.
Bukan untung yang didapat, nasib malang justru menimpa. Teror mengerikan terjadi hingga video yang mereka sebarkan bisa membuat orang yang menontonnya tertimpa sial.
Namun, itulah cara si ibu untuk membebaskan anaknya dari kutukan. Semakin banyak penonton, maka kutukan anaknya semakin berkurang. Incantation sendiri menampilkan adegan berdarah-darah yang membuat filmnya brutal.
Selain itu, film ini tidak dianjurkan bagi mereka yang mengidap trypophobia atau takut dengan lubang-lubang kecil. Nah, yang menjadi perhatian adalah film ini memakai teknik found footage.
Jadi, pemeran film ini merekam kegiatan mereka seakan-akan kita menonton rekaman asli. Mungkin tengah asyik ngevlog tiba-tiba ada hantu muncul. Nah inilah yang membuat film ini menarik.Â
Teknik inilah yang membuat kita seakan-akan menonton rekaman asli. Incantation bukan film pertama yang memakai teknik found footage. Masih banyak film lain yang memakai teknik serupa.
Mengenal found footage
Secara sederhana, found footage adalah teknik pembuatan film yang hasilnya seperti video amatir. File rekamannya biasanya tercecer atau hilang kemudian disatukan kembali dan diedit kembali menjadi film yang utuh.
Tentunya found footage berbeda dengan dokumenter. Dokumenter sendiri rekaman tersebut asli, sementara found footage seakan-akan rekaman tersebut asli.