Di sinilah si peludah menangis karena mulianya akhlaq rasulullah SAW. Tidak ada rasa dendam padanya. Saat itulah ia memutuskan untuk masuk islam.
Inilah cara dakwah rasulullah SAW yang begitu mulia. Tidak ada paksaan apa pun, rasulullah hanya memberi contoh apa itu islam yang sebenarnya.Â
Dari kisah di atas, sebesar apa pun orang membenci kita, hendaknya kita tidak boleh memiliki rasa dendam. Meski sulit, akan tetapi menjadi pendendam jelas tidak baik.
Sebagai seorang kepala keluarga dan suami, rasulullah SAW juga memberi contoh bagaimana menjadi suami dan ayah yang baik dan benar.Â
Meskipun sebagai pemimpin ummat, rasulullah tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Beliau, bahkan sering membantu urusan rumah tangga sang istri.
Menurut Aisyah RA seperti yang diriwayatkan Bukhari, nabi tidak merasa risih ketika menyibukkan diri dalam urusan rumah tangga.
Misalnya menjahit baju sobek, Rasulullah menjahit sendiri baju-bajunya yang sobek tanpa melibatkan sang istri. Rasulullah juga tidak canggung untuk menyapu lantai, memerah susu kambing, hingga belanja ke pasar.
Selain itu, Rasulullah juga merupakan seorang suami yang mesra. Rasullah bahkan tidak segan membukakan pintu untuk sang istri, mencium kening istri ketika hendak pergi, dan masih banyak lagi. Pada intinya, rasulullah memosisikan istri sebagai ratu.
Di luar itu, rasulullah adalah sosok pemimpin yang Amanah alias dapat dipercaya. Semua tutur kata, maupun sikap yang ditunjukkan oleh rasulullah tidak pernah ingkar.
Sikap inilah yang jarang kita temui pada sosok pemimpin saat ini. Banyak pemangku kekuasaan negeri ini justru tidak amanah sebagaimana dicontohkan rasulullah.