Jika perburuan liar masih terus berlanjut, bukan tidak mungkin populasi gajah akan menyusut bahkan punah. Atau, mungkin mereka akan terus berevolusi dengan bentuk lain agar terus bertahan hidup.Â
Evolusi tersebut merupakan respon agar gajah bisa selamat dari pemburu. Tapi, hal itu merupakan kerugian besar bagi gajah itu sendiri. Gading memiliki banyak fungsi terutama untuk mengupas kulit makanan.Â
Selain itu, gading juga berfungsi sebagai alat untuk menggali lubang di tanah. Lebih jauh dari itu, gading merupakan senjata untuk tetap bertahan dari predator alami mereka. Mungkin saja gajah akan selamat dari pemburu, tapi lain lagi bagi pemburu alami mereka.Â
Tidak hanya di Afrika, keberadaan gajah di Indonesia juga terancam. Beberapa waktu lalu, anak gajah mati karena terjebak dalam perangkap. Akibatnya, belalai si anak gajah terluka lalu membusuk.
Meskipun sempat mendapat perawatan, tapi anak gajah malang tersebut tidak bisa diselamatkan. Kasus gajah sumatera yang terjebak dalam perangkap bukan hal baru. Tentu hal itu membuat kita prihatin.Â
Manusia mengeksploitasi gajah hanya untuk memenuhi hasrat semata. Gading tersebut ada yang dibuat menjadi aksesoris, bahkan hanya sekedar menjadi pipa rokok.Â
Itulah manusia, raja dari segala spesies di bumi ini. Manusia memang diberi senjata untuk tetap bertahan hidup, senjata itu ialah akal. Senjata itu tidak hanya untuk bertahan hidup, melainkan untuk merusak dan mengeksploitasi alam tanpa henti.Â
Manusia tidak hanya mengeksploitasi alam semata, tapi mengeksploitasi sesamanya. Perang di atas merupakan salah satu contohnya. Entah sampai kapan fenomena ini akan terus berlangsung.Â
Jika terus demikian, bukan tidak mungkin hewan lain yang menjadi objek buruan manusia akan berevolusi ke bentuk lain. Misalnya nanti akan lahir badak tanpa cula, rusa tanpa tanduk, atau harimau tanpa corak kulit.Â
Hal itu dilakukan hanya untuk bertahan dari si manusia, tapi tidak dengan mangsa alaminya. Tentu saja hal itu akan mengurangi keanekaragaman hayati.Â