Di sisi lain, sebenarnya apa yang membuat para milenial enggan bertani? Apakah takut sinar matahari? Atau ada alasan lain yang membuat kaum milenial tidak mau menjadi petani lain?Â
Sektor pertanian memang menjadi profesi yang riskan. Tentu ada risiko yang harus ditanggung, salah satunya gagal panen. Apalagi, kondisi iklim saat ini semakin buruk.Â
Sering kita mendengar lahan pertanian atau sawah terendam banjir, tentu saja itu membuat petani rugi. Mungkin, itu salah satu alasan kaum milenial enggan bertani. Padahal, segala sesuatu pasti ada risiko tersendiri.Â
Alasan lain yang membuat kaum milenial enggan menjadi petani ya karena kebijakan pemerintah sendiri. Misalnya terkait kebijakan impor beras, beberapa waktu lalu sempat mencuat bahwa pemerintah akan membuka keran impor beras.Â
Padahal saat itu tengah musim panen dan kebutuhan beras dalam negeri cukup. Tentu saja kebijakan itu membunuh para petani kita, beras lokal harus bersaing dengan beras impor.Â
Tidak jarang banyak dari petani kita yang memutuskan untuk menurunkan harga agar tetap bersaing dengan produk luar. Tentu saja kebijakan itu hanya merugikan para petani lokal kita.
Kebijakan pemerintah yang dinilai bisa merugikan para petani membuat kaum milenial enggan untuk mengambil profesi ini. Pilihan profesi yang diambil kaum milenial tentu tak ingin memiliki risiko di atas.Â
Di sisi lain, lahan untuk bertani itu sendiri semakin sulit. Banyak lahan pertanian kini beralih fungsi menjadi perumahan. Jika lahannya berkurang, lantas dimana akan bercocok tanam?Â
Di sisi lain, alasan yang paling realistis mengapa para milenial enggan bertani karena kesejahteraan petani itu sendiri masih kurang. Padahal pertanian dan peternakan merupakan sektor penting untuk mewujudkan kedaulatan pangan.Â
Masih menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2020 menurut sumber penghasilan utama, jumlah rumah tangga yang tergolong miskin sebagian besar berasal dari sektor pertanian sebesar 46,30 persen.Â