Amy Chua mengatakan bahwa pola asuh yang dia terapkannya efektif, hal tersebut karena kedua anaknya memperoleh nilai akademik tinggi dan bisa dikatakan sukses dalam karier mereka. Lantas, apakah pola asuh tersebut bisa dibenarkan?
Di sisi lain memang bagus, sang anak jadi berprestasi dan sukses di karier masing-masing. Tetapi, apakah pola asuh itu bisa diterima oleh semua anak? Bagaimana jika si anak gagal?
Tentunya bisa dibayangkan bukan jika sang anak gagal, ditambah lagi didikan yang keras. Ini hanya akan memberi beban berlebih pada anak. Bisa saja dengan kegagalan itu, si anak dituntut dengan beban yang lebih berat dari sebelumnya.
Ada yang menerima pola asuh ini ada juga yang tidak. Bagi mereka yang menerima pola asuh tiger parenting beralasan bahwa keberhasilan anak-anak Amy Chua menjadi alasan pembenar untuk pola asuh ini.
Di sisi lain, bagi mereka yang tidak setuju dengan pendapat Amy Chua beranggapan bahwa apa yang diterapkan oleh Amy merupakan pengalaman pribadi, bukan sebuah hasil penelitian ilmiah mendalam.
Hal tersebut tidak mempertimbangakan perbedaan tingkat keberhasilan. Saya jadi teringat dengan film Ip Man. Dalam film tersebut Ip Man begitu keras mendidik anaknya.
Ip Man menginginkan agar anak laki-lakinya bersekolah dengan baik. Tetapi, sang anak justru menyenangi wingchun.
Sang anak justru sering berkelahi karena tekanan dari Ip Man.
Bahkan surat-surat sekolah sering bertebaran datang ke rumah Ip Man karena perkelahian si anak. Dalam series terakhir, Ip Man rela datang ke Amerika hanya untuk mencari sekolah untuk anaknya.
Harapannya agar sang anak tersebut bisa berubah dan berprestasi di bidang akademik. Titik balik Ip Man adalah ketika bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Yonah (Vanda Magraf).
Yonah menjadi korban bullying karena terpilih menjadi kapten cheerleaders.
Yonah kemudian pulang dan mengadu pada bapaknya yang bernama Wan Zong Hua.
Tetapi, si bapak malah menampar Yonah karena tidak melawan. Sang bapak berujar sudah membekali Yonah ilmu bela diri wingchun agar bisa melawan.