Olimpiade adalah pesta olahraga berskala internasional yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga. Olimpiade sendiri digelar 4 tahun sekali. Entah itu olimpiade musim panas atau musim dingin.
Setiap negara dan atlet tentunya ingin berpartisipasi pada olimpiade. Siapa yang tidak ingin mengibarkan bendera dan lagu kebangsaan di negara orang lain, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri.
Beberapa kalangan menyatakan bahwa hanya ada dua cara mengibarkan bendera kebangsaan di negara lain. Yang pertama adalah kedatangan kepala negara, dan kedua adalah melalui olahraga.
Cara yang pertama tentu tidak asing, sebab hal tersebut merupakan suatu kewajiban dari sebuah negara untuk menyambut kepala negara lain. Jadi memang seperti itulah protokolnya.
Berbeda dengan cara yang kedua, yaitu melalui olahraga. Bendera dan lagu kebangsaan yang diputar bukan lagi kewajiban, akan tetapi satu penghormatan atas prestasi yang diraih.
Dari sisi manapun, tentunya cara kedua begitu emosional untuk dirasakan. Tentunya, para atlet yang tampil di event internasional pastinya memimpikan cara yang kedua ini.
Lantas, apa jadinya jika kesempatan kedua itu hilang bahkan diboikot? Tentunya atlet tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengibarkan dan mengumandangkan lagu kebangsaannya di negara lain.Â
Jelas ini sebuah kerugian besar, entah itu bagi negara maupun atlet itu sendiri. Hal tersebut dialami oleh Rusia. Nasib Rusia pada Olimpiade Tokyo 2020 sebenarnya terancam tidak bisa tampil.
Hal tersebut karena atlet Rusia yang turun dalam cabang atletik terlibat kasus doping pada Olimpiade Musim Dingin Sochi pada tahun 2014 lalu.
Ada belasan atlet Rusia yang dicurigai memakai doping pada gelaran olimpiade tersebut termasuk 15 peraih medali emas. Mereka dalam program doping yang dikontrol negara tersebut.