Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tempat Kencan Pertama Itu Bernama Perpustakaan

17 April 2021   10:49 Diperbarui: 18 April 2021   02:58 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kencan pertama di perpustakaan. Sumber: Salah satu adegan di drama “What’s Wrong With Secretary Kim” via Soompi.com

Untuk para lelaki, biasa memilih tempat kencan pertama di mana? Di tempat makan atau bioskop? Atau di pasar malam yang menyediakan banyak permainan? 

Untuk perempuan sendiri, Anda lebih suka diajak kencan pertama di mana? Di tempat-tempat di atas,  di taman kota, atau restoran agar lebih romantis? 

Selain itu, ketika datang ke lokasi kencan yang ditentukan apakah datang masing-masing atau bareng? Jika datang bersama, untuk para perempuan lebih suka dijemput dengan kendaraan apa. 

Apakah roda dua atau roda empat? Sudikah Anda ketika datang ke tempat kencan diajak naik angkutan umum atau angkot? Sekelumit pertanyaan itulah yang menyeruak di kepala saya ketika hendak mengajak wanita yang saya suka. 

Kala itu, ketika masih kuliah. Dompet saya tidak begitu tebal, untuk makan sendiri saja susah apalagi traktir perempuan. Bingung rasanya menentukan lokasi bertemu yang tidak keluar banyak ongkos. 

Akhirnya jatuhlah lokasi tersebut di perpustakaan Provinsi Jawa Barat. Keputusan tersebut diambil atas beberapa pertimbangan, yang pertama jelas ekonomis dan yang kedua perempuan yang saya suka melek literasi. 

Kisah ini memang begitu menggelikan, seperti dalam cerita FTV. Wanita yang saya suka anak rumahan, dia seorang gadis desa yang cantik, tak pernah main jauh-jauh kecuali ditemani dengan temannya. 

Saya yang waktu itu memang tidak mempunyai kendaraan, memberanikan diri untuk mengajak dia naik angkutan umum. Pilihannya adalah kereta api. Dan dia menerima ajakan saya tersebut. 

Kami berdua janjian di Stasiun Rancaekek, saya berangkat pagi sekali, serapi mungkin. Ketika saya sampai dia sudah tiba terlebih dahulu. Wanita berambut panjang yang sederhana namun tetap menawan. 

Saya hanya bisa bengong melihat pemandangan itu. Kemudian saya memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu, dan berinisiatif memesan tiket. 

Sayangnya tiket habis, san harus menunggu jadwal kereta dua jam lagi. Menunggu dua jam di stasiun dongkol rasanya. Akhirnya saya memutuskan mengajak dia untuk naik bis ke perpustakaan tersebut. 

Ajaibnya dia mau saja, tidak protes, karena ingin segera sampai di perpustakaan yang memang dia ingin sekali kunjungi  sedari dulu. Akhirnya kami berdua memutuskan naik bis bersama. 

Di dalam bis suasana begitu kaku, saya fokus dengan lamunan yang tidak jelas. Sedangkan wanita yang saya sukai tengah asyik membaca dan mencatat, entah apa yang dia catat.

Kebiasaan mencatat memang rutin dia lalukan ke tempat-tempat baru. Dan akhirnya tempat yang kami tuju sampai. 

Saya hanya melihat matanya, begitu berbinar ketika melihat ratusan buku di rak. Tidak lupa mengabadikan foto, saya ajak berkeliling ke seluk beluk perpustakaan ini. 

Saya pribadi memang sering mengunjungi perpustakaan milik Pemprov Jabar ini. Selain untuk mencari wawasan, perpustakaan tempat yang pas untuk menenangkan pikiran. 

Meskipun saya tidak kutu buku sekali dibanding wanita yang saya sukai. Ketika berada di ruangan, yang ada hanya hening, saya fokus dengan buku yang saya baca begitupun dia. 

Sesekali saya mengintip dia dibalik buku, ah betapa menawannya wanita yang ada di depanku ini. Beruntung sekali jalan untuk pertama kalinya dengan wanita dengan dia. Dalam hati. 

Waktu istirahat pun tiba, kami memutuskan untuk makan. Makanan dipesan lewat mamang grab. Sambil menunggu makanan datang, di sinilah obrolan itu dimulai. 

Karena memang ya dibilang satu hobi, jadi tidak terlalu susah mencari obrolan. Obrolan hanya seputar buku yang sudah dibaca dan ingin dibaca. 

Sampai akhirnya saya ajak dia untuk berdiskusi, apa tema diskusi itu. Iya LGBT. Waktu itu sedang ramai perbincangan mengenai LGBT di Indonesia. 

Dia memberikan pandangannya tentang LGBT ini bahwa katanya itu merupakan satu kelainan orientasi seksual. Sedangkan saya memberikan pandangan dari sisi hukum. 

Dia hanya ngangguk mendengar ceramah hukum saya. Entah dia mengerti atau tidak, saya hanya bisa menerka saja. Obrolan menunggu makanan berisikan permasalahan LGBT. 

Kemudian kami terdiam kembali ketika topik itu habis. Mamang grab terasa begitu lama sampai, serasa berabad-abad menunggu makanan itu tiba, sedangkan perut sudah keroncongan.

Angin siang hari menyapu rambut panjangnya, pemandangan yang tampak di depan mata itu tidak bisa dilupakan. Akhirnya makanan datang, dan saya mengambil pesanan tersebut. 

Kami berdua makan dengan khidmat, sehabis makan kami sudah mulai akrab, meskipun agak kaku. Dan kami memutuskan untuk membaca buku kembali. 

Ketika sore hari tiba, saya mengingatkan agar tidak pulang terlalu sore. Alasan saya sederhana, ketika sore hari kereta yang akan menjadi tumpangan kami pulang akan penuh, saya tidak mau melihat wanita yang saya sukai itu berhimpitan. 

Akan tetapi dia tidak menggubris perkataan saya, sebentar lagi, lagi asyik. Perihal penuh di kereta itu hal biasa. Saya hanya melongo mendengar jawaban itu. 

Dan akhirnya kami pulang, benar saja kereta penuh. Saya menyuruh dia masuk terlebih dahulu agar bisa duduk, dan masih kebagian ternyata. Hanya saya yang berdiri, lah bodo amat yang penting dia duduk. 

Akhirnya kami sampai, dan perjalanan ke rumah masing-masing harus naik angkot. Kami berdua naik angkot dan duduk berhadapan, saya hanya terdiam melihat wanita yang saya suka. 

Ketika sampai, akhirnya kami berpisah karena rumah yang beda arah. Kami berdua jalan berbeda arah, ketika saya menengok ke belakang saya melihat dia sedang tersenyum begitu manis. Ah saya tidak bisa tidur kala itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun