Perselisihan buruh dan pengusaha terus berlanjut sampai hari ini. Pertengkaran sesama saudara tersebut tidak pernah berujung dengan kedamaian.
Baik buruh dan pengusaha seakan-akan diciptakan untuk saling bertikai. Sulit rasanya untuk menemukan titik temu dalam permasalahan ini.Â
Lalu di manakah peran seorang bapak atau kepala keluarga? Ke menakah si bapak? Mengapa dia tidak mau mendamaikan anaknya yang terus berselisih.Â
Si bapak alias negara harus menjadi penengah, dan bisa mendamaikan pertengkaran dua saudara kandung tersebut. Mungkin inilah sibling rivalry untuk saat ini.Â
Warisan permusuhan masa lalu tersebut terbawa sampai saat ini. Sang bapak yang penuh dengan kasih sayang, seharusnya bisa menawarkan satu kebijakan yang membuat senang kedua anaknya tersebut.Â
Kebijakan tersebut tiada lain adalah undang-undang. Undang-undang tentunya harus bisa merangkul dua kepentingan adik kakak tersebut.Â
Ah si kakak biasanya serakah, tak mau kongsi dengan adeknya meskipun hanya berbagi permen lolipop. Jadilah sang kakak membawa si bapak jalan-jalan dan memberikan sedikit oleh-oleh agar kebijakan tersebut menguntungkan si kakak.Â
Si adek yang tidak mempunyai uang setebal si kakak hanya bisa bersuara. Merengek seperti seorang bayi yang diambil empeng oleh orang dewasa. Â
Tetapi bersuara sendirian tidaklah cukup, maka si adek memutuskan untuk berserikat agar suara tersebut terdengar lebih lantang seperti ombak di samudera yang luas.Â
Tidak hanya bersuara lantang, biasanya si adek akan mengancam mogok kerja. Ancaman mogok kerja dari seorang saja tidak akan mempengaruhi produksi.Â
Lain lagi jika si adek berserikat dan kompak mogok kerja. Produksi menjadi tidak lancar, dan si kakak akan rugi.Â