Perlu pemahaman secara mendalam dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut, untuk itu dalam menafsirkan satu ayat dalam kitab suci jangan sekali-kali hanya bergantung pada teks nya saja, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi saat ini, apakah relevan atau tidak.Â
Selain itu, doktrin-doktrin semacam itu sering kali menjadi kebenaran mutlak, dan orang yang menerima itu langsung saja ditelan mentah-mentah tanpa dicerna sama sekali.Â
Maka di sinilah pemikiran kita harus lebih kritis, kita harus berani menguji kebenaran mutlak tersebut, tidak hanya kesalahan, kebenaran pun perlu diuji apakah benar atau tidak.Â
Kunci agar kita tidak terpapar pemahaman semacam itu adalah menjaga akal sehat kita. Sejatinya ketika kita menerima pemahaman semacam itu jangan seperti kertas kosong, kita harus mempunyai filter untuk itu.Â
Jangan terlalu mudah menyimpulkan sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja, tetapi yang harus dilakukan adalah kita harus mempunyai antithesa dari pemikiran itu, sehingga kita dapat mengambil satu kesimpulan yang utuh.Â
Tidak adanya pembanding tersebut membuat seseorang rawan terkena paham radikalisme. Slain itu, kurangnya pemahaman agama secara mendalam juga mempunyai andil yang cukup besar.Â
Oleh sebab itu, bekali diri kita dengan dasar-dasar keagamaan dan paham kebangsaan secara kuat. Selain itu, kita harus berani skeptis, dalam artian tidak menerima suatu paham begitu saja, harus mencerna secara utuh.Â
Tidak hanya tubuh yang butuh nutrisi agar tetap sehat, maka akal pun butuh nutrisi semacam itu agar tetap sehat, nutrisi dari akal tidak lain adalah ilmu. Rendahnya literasi, pemahaman yang dangkal hanya akan membuat akal kita sakit.
Selain akal yang butuh nutrisi agar tetap sehat, maka hati nurani juga membutuhkan itu. Coba kita pikirkan dengan akal sehat kejadian kemarin, apakah itu benar atau tidak? Jelas salah.Â
Apalagi jika nurani yang berbicara, jelas itu tidak mencerminkan manusia yang mempunyai hati nurani. Oleh sebab itu, jangan lah kita jatuh dalam kesesatan dalam berpikir, sesat berpikir hanya akan melahirkan tindakan yang menjauhkan dari moral.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H