Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Akal Sehat dari Radikalisme

30 Maret 2021   23:44 Diperbarui: 31 Maret 2021   05:28 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu pagi tanggal 28 Maret 2021, terjadi ledakan di depan Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan. Ledakan tersebut diduga aksi bom bunuh diri, dan bagian tubuh dari pelaku berserakan. 

Belakangan Kepolisian menyatakan bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut merupakan sepasang suami istri yang baru menikah 6 bulan. Dua sejoli tersebut merupakan generasi milenial jika dilihat dari kelahirannya, yaitu tahun 1995.

Aksi bom bunuh diri yang melibatkan keluarga bukan pertama kali terjadi, pada 2018 kita masih ingat dengan kejadian di Surabaya yang melibatkan anak kecil dalam aksi keji tersebut. 

Dari kejadian di atas menunjukkan bahwa paham radikalisme tidak mengenal siapa pun, semua orang termasuk orang terdidik bisa terkena paham ini. 

Radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang berarti akar. Kemudian dalam bahasa Indonesia berubah menjadi radikal. Sebenarnya radikal sendiri merupakan salah satu metode berpikir dalam filsafat, yaitu berpikir sampai "keakar-akarnya".

Kata radikal menjadi berbeda maknanya ketika masuk dalam ranah politik, maka lahirlah radikalisme sebagai suatu ideologi. Satu ideologi yang senantiasa menuntut perubahan secara drastis.

Di Eropa sendiri paham ini telah muncul pada abad ke-18 di Britnia Raya, misalnya pada saat itu masyarakat menghendaki akan adanya perubahan agar raja tidak memegang kekuasaan secara absolut, kekuasaan raja harus dibatasi. 

Di Prancis pun demikian, orang-orang menghendaki perubahan secara drastis dalam merombak sistem pemerintahan saat itu, maka perubahan drastis yang terjadi sangat pesat tersebut disebut dengan revolusi. 

Revolusi Prancis jelas merubah tatanan pemerintahan secara 180 derajat, yang tadinya monarki berubah menjadi negara demokrasi. Perubahan tersebut jelas akan mengubah tatanan kehidupan masyarakat pada saat itu. 

Pandangan yang selalu menginginkan perubahan dalam politik sering disebut golongan "kiri" yang selalu dihadapkan dengan golongan "kanan". Tetapi jika perubahan tersebut menggunakan cara kekerasan maka akan dilabeli dengan kata ekstrim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun