Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Ada Tempat bagi Kaum Radikalisme

28 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 28 Maret 2021   18:15 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita duka datang dari saudara kita yang berada di Makassar Sulawesi Selatan. Ledakan bom terjadi di depan gereja katedral pada pagi waktu setempat. Pelaku dari ledakan tersebut diduga meninggal dunia. 

Akibat kejadian tersebut, beberapa korban yang mengalami luka-luka kini mendapatkan perawatan. Semoga para korban tersebut selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. 

Kejadian tersebut mendapatkan kecaman dari berbagai kalangan, banyak pihak yang mengutuk perbuatan tersebut. Perbuatan yang tidak bisa dibenarkan dari segala aspek apapun. 

Perbuatan tersebut jelas mengganggu kehidmatan para umat kristiani dalam beribadah. Saya tidak tahu motif di balik itu semua, namun yang jelas perbuatan tersebut tidak mencerminkan rasa kemanusiaan. 

Tidak ada satu ajaran apapun yang membenarkan perbuatan itu, perbuatan tersebut hanya menjanjikan kebahagiaan abu-abu. Oleh sebab itu, alasan-alasan yang dibaluti keagamaan hanyalah alasan pembenar versi mereka saja. 

Perbuatan mengancam nyawa orang lain tidak bisa dibenarkan. Perbuatan yang hanya membawa identitas agama tertentu justru akan mencoreng agama tersebut. Oleh sebab itu, perbuatan semacam itu tidak boleh dikaitkan dengan agama apapun. Karena pada dasarnya semua agama mengajarkan kebajikan. 

Saya lebih senang menyebut mereka dengan kaum radikalisme, radikal kini maknanya telah melenceng dari yang sebenarnya. Karena pada dasarnya radikal itu salah satu metode berpikir dalam filsafat, yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya.

Namun makna tersebut berubah jauh ketika ditambah dengan kata "isme" sehingga menjadi radikalisme, suatu ajaran atau paham yang menginnginkan perubahan secara drastis dengan jalan yang tidak bisa dibenarkan. 

Paham tersebut tentunya harus ditekan karena bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa kita. Adanya paham tersebut menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa kita. 

Alasan-alasan yang dibalut dengan agama, politik, entah itu janji akan surga maupun jihad tidak bisa diterapkan sepenuhnya dalam kondisi saat ini. Oleh sebab itu, dalam menafsirkan sesuatu hendaklah dilihat dari segi kontesktualnya, jangan hanya dari segi tekstual semata. 

Upaya deradikalisasi harus dimaksimalkan oleh pemerintah sebagai bentuk untuk mengembalikan orang-orang yang terpapar virus radikalisme. Selain deradikalisasi, penanaman akan cinta tanah air dengan empat pilar kebangsaan harus ditanamkan sejak dini kepada para generasi penerus bangsa. 

Karena target para kaum radikalisme adalah anak-anak muda, kita tentunya tidak lupa dengan peristiwa bom bunuh diri yang melibatkan anak kecil di Surabaya pada 2018 lalu. Para kaum muda harus dibekali fondasi yang kuat tentang betapa berharganya negeri ini. 

Di malam nisfu sya'ban ini, marilah kita berlomba-lomba untuk berjihad. Jihad dalam artian yang sebenarnya. Jihad melawan hawa nafsu, melawan diri sendiri adalah jihad yang paling sulit dilakukan. 

Marilah kita melakukan satu perubahan bagi diri kita masing-masing, perubahan ke arah yang lebih positif. Perubahan dalam rangka meningkatkan kualitas kita sebagai manusia. Tak perlulah melakukan perubahan yang mengancam kenyamanan orang lain dengan iming-iming kebahagiaan semu. 

Menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya termasuk ke dalam perubahan juga, hari ini malas esok hari harus berubah menjadi giat dan rajin. Perubahan dan jihad semacam itulah yang harus kita lakukan saat ini. 

Tidak perlu dengan pertumpahan darah, karena konteksnya untuk saat ini bagi saya seperti itu. Menjadi diri yang terus berkembang, terus produktif, inovatif, kreatif, adalah jihad versi saya sendiri. 

Semoga saja kejadian tersebut membuat bangsa kita semakin erat akan persaudaraannya, tidak ada tempat bagi kaum radikalisme semacam itu. Karena sejak dulu, bangsa Indonesia adalah bangsa yang mengedepankan persatuan. 

Kita harus sadar betapa berharganya keberagaman itu. Marilah kita sama-sama perkokoh untuk menjaga keberagaman yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia. Mereka yang bukan saudara dalam seiman adalah saudara dalam kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun