Mohon tunggu...
Dani Purnomo
Dani Purnomo Mohon Tunggu... -

just another humble person..

Selanjutnya

Tutup

Money

House of Sampoerna (HoS)

9 Juni 2011   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman pertama saya berkunjung ke pabrik rokok, ya, House of Sampoerna. Terletak di Surabaya, pendirinya adalah Liem Seeng Tee seorang perantauan dari negeri tirai bambu yang sempat mampir di Singapura lalu menuju Indonesia. Beliau meninggalkan China karena ibunya, Ang Si (maaf apabila salah dalam tulisan), meninggal terkena wabah dan kemiskinan yang melanda sangat buruk pada saat itu. Sesampainya di Indonesia, pada usia 11 tahun ayahnya meninggal dunia. Kemudian Liem diangkat anak oleh sebuah keluarga di Bojonegoro dan mulai belajar meracik rokok untuk dijual di stasiun kereta api. Dengan semangat berjuang mempertahankan hidup, Liem memulai usahanya dengan menyewa sebuah warung guna menjual bahan makanan dan rokok yang ia racik sendiri. Ternyata rokok racikan Liem sangat disukai masyarakat dan usahanya semakin laris. Pada tahun 1913 Liem mendirikan Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee, usahanya diteruskan secara turun temurun sampai sekarang oleh keturunannya dan sekarang menjadi PT. HM Sampoerna.

Saat memasuki HoS saya mendapati huruf Tionghoa "王" yang dibaca Wang (Raja) dengan nada 2, maklum, bisa sedikit - sedikit ngerti bahasa mandarin,, hehe.. Saya bertanya pada Tour Guide dan ternyata terdapat makna dibalik kata Wang. Liem bercita - cita menjadi Raja tembakau dunia dengan produk unggulannya Dji Sam Soe (234). 234 kan seharusnya dibaca Dji Sam Si dialek hokian, tetapi kata Si mengalami perubahan menjadi Soe, hal ini dikarenakan maknanya  yang tidak bagus, sepengetahuan saya apabila Si dibaca menggunakan nada 3 dalam bahasa Tiongkok berarti kematian atau mati. Selain itu lagi - lagi 234 apabila dijumlahkan maka hasilnya adalah 9. Selain itu nama 234 adalah kode untuk gudang tembakaunya yang tidak terkena musibah kebakaran.

Menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia yang mempekerjakan 3 ribu karyawan dan pemasok pajak negara terbesar, terbayang pertanyaan, apa jadinya apabila pabrik rokok ditutup? bagaimana nasib para karyawan nantinya? yahh, semoga tetap langgeng usahanya. Pada saat saya mengunjungi HoS, saya dapat menyaksikan secara langsung bagaimana pe - "nglinting" - an rokok. Tidak diperkenankan mengabadikan dengan photo dan hanya diingat dalam memori. Sebanyak 400 orang pelinting (mengenakan topi merah) bekerja setiap harinya dari hari Senin - Jumat mulai dari jam 06.00 - 16.00 WIB sedangkan pada hari Sabtu pelinting bekerja maksimal sampai jam 13.00WIB. Seorang pelinting dapat menghasilkan 3200 batang rokok per hari, sehabis dilinting dioper ke pekerja topi hitam untuk proses pemotongan tembakau yang tidak tidak rapi. Setelah melalui proses pemotongan, disalurkan kepada petugas bertopi kuning untuk proses pembungkusan dan pengepakan. Seorang pengepak dapat menyelesaikan 325 bungkus/jam. Setiap unit proses diawasi supervisor yang selalu mengontrol hasil kerja para karyawannya. Pembuatan rokok Sampoerna sebenarnya juga ada yang menggunakan mesin, tetapi tidak dapat dikunjungi pada HoS, karena di HoS hanya ditunjukan pembuatan manual. Sebenarnya ada dua macam cara pembuatan rokok, yang pertama adalah SKT (Sigaret Kretek Tangan) untuk pembuatan non filter, dan SKM (Sigaret Kretek Mesin) untuk pembuatan rokok filter. hmm, setelah melihat sana sini, ternyata pekerjanya adalah wanita semua, knp Sampoerna mempekerjakan wanita untuk melinting rokok? ada beberapa penjelasan mendasari pemilihan wanita ini. Yang pertama, wanita bekerja lebih fokus dibanding kaum adam, bukan bermaksud untuk diskriminasi gender, hal ini dikaitkan dengan alasan kedua, kaum adam yang perokok cenderung nanti saat bekerja tidak akan konsentrasi dan memerlukan waktu break untuk merokok, yah sudahlah, toh kebijakan perusahaan adalah riset adaptasi pekerjaan.

Selanjutnya berjalan jalan untuk melihat cengkeh dan tembakau yang digunakan. Terdapat 4 jenis cengkeh yaitu cengkeh Jawa (aroma paling kuat), cengkeh toli - toli, cengkeh manado dan cengkeh Bali (paling lembut). Untuk tembakau, prosesnya melalui tahap pemetikan lalu dikeringkan supaya kadar airnya rendah, setelah itu dipotong kecil - kecil lalu disimpan selama 6 bulan sampai 2 tahun untuk menghasilkan aroma sempurna. Masuklah ke mesin pengurai selanjutnya dikirim ke Pandaan untuk proses pencampuran (mixing) dengan cengkeh.

terdapat filosofi untuk logo Sampoerna

  1. 1913 = tahun dimana Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee berdiri.
  2. Anggada Paramita = dalam bahasa sansekerta diartikan "menuju kesempurnaan".
  3. Dua Singa = Singa Betina mengasuh bayi simbol kesuburan sampai ke anak cucu, Singa Jantan menginjak bola dunia lambang pemersatu bangsa, karena masih kental dengan budaya Tiongkok
  4. 9 bintang = angka kemujuran (hoki)
  5. Filsafat Tiga Tangan = simbol kerjasama.

Sebagai perusahaan besar dan baik terdapat program tanggungjawab sosial yang dicanangkan guna turut serta dalam pembangunan bangsa dan negara. "Sampoerna Untuk Indonesia"

  1. comunity economic empowerment
  2. education
  3. environment
  4. disaster relief

sekian info yang dapat saya share kepada teman - teman pembaca guna menambah wawasan, dan menjadi inspirasi untuk terus semangat berkarya. CMIIW

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun