Mohon tunggu...
dani manik
dani manik Mohon Tunggu... -

saya ada seorang mahasiswa Filsafat ingin menjadi seorang Kapusin sejati anak bungsu dari 5 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbagi Kebahagiaan

16 Februari 2014   21:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini adalah hari yang sangat spesial untuk Awan. Ia adalah anak yang beruntung karena memiliki orangtua yang sangat mengasihinya, saudara-saudari yang penuh kelembutan dan teman-teman yang sangat menyukainya. Ia senantiasa berlimpah kasih sayang dalam perjalanan hidupnya. Hari ini kasih sayang itu jauh lebih melimpah lagi karena ucapan selamat ulang tahun senantiasa berdatangan kepadanya dengan berbagai bentuk. Ada yang memberikan kado-kado yang menarik dan indah, nyanyian merdu, pelungan hangat, doa-doa tulus dan lain sebagainya. Semua ini membuatnya semakin bahagia. Dalam kebahagiaan ini, ia tidak lupa mengingat Dia yang diyakininya sebagai sumber semua rahmat yang indah ini. Untaian kata-kata indah dirangkainya bagi Tuhan sebagai ucapan terima kasih.
Perayaan ulang tahun yang sangat meriah itu pun usai. Semua tamu dan teman-teman telah pulang meninggalkan Awan dan keluarganya. Tumpukan kado memenuhi kamar Awan. Merupakan kebiasaan unik dan sangat menyenangkan bahwa mereka sekeluarga akan berdoa bersama sebelum membuka semua kado yang dibungkus dengan sangat indah itu. Namun kali ini sedikit berbeda.
“Mama… Papa…, bisa gak Awan memohon sesuatu?” pertanyaan ini membuat yang lain sedikit bingung namun berusaha menyembunyikannya karena tidak ingin membuat Awan merasa tidak nyaman.
“Ada apa, Wan?” tanya mamanya dengan lembut tapi dengan sedikit terpaksa, karena masih dalam kebingungan dan sedikit penasaran.
Sebelum menjawab, Awan menyentuh tumpukan kado itu dan mengamatinya sejenak. Terlihat senyum kecil di sudut bibirnya yang mungil dan manis itu.
“Awan ingin membagi-bagikan kado ulang tahun ini.” Katanya dengan senyum tulus sambil memandangi keluarganya yang semakin masuk dalam kebingungan.
“Maksudnya?” tanya papanya dengan sedikit terkejut.
“Awan mau membagikannya untuk teman-teman Awan, Pa.” Hal ini pun membuat mereka semakin bingung dan sulit mengerti. Mereka sama sekali tidak bisa menangkap apa yang ada di pikiran Awan. Terasa aneh dan sulit dimengerti.
“Loh, ini kan dari teman-teman Awan. Kok diberikan lagi kepada mereka? Bisa-bisa mereka merasa sakit hati, sayang.” Mamanya mencoba menjelaskan kepada Awan apa yang mereka pikirkan. Tetapi mereka sama sekali tidak tahu apa yang dipikiran Awan.
“Bukan begitu, Ma.” Pernyataan ini pun semakin membuat mereka bingung.
“Jadi, maksud Awan gimana dong?” tanya papa ingin tahu. Kini semua semakin larut dalam kebingungan yang semakin dalam.
“Awan ingin membagikannya untuk teman-teman Awan yang ada di panti asuhan. Awan yakin bahwa mereka pasti senang memiliki kado-kado indah ini. Awan pun sebenarnya senang memiliki ini tapi Awan ingin berbagi kebahagiaan Awan dengan mereka. Bisa kan, Pa… Ma…, Please…?” Awan pun menjelaskan apa yang ada dipikirannya.
Perkataan ini membuat Papa, Mama dan saudara-saudarinya tercengang, tekejut dan menyimpan kagum untuk Awan. Mereka terdiam seribu bahasa dan menganga tak percaya.
“Sayang…” akhirnya mereka pun mendekat memeluk Awan dengan lembut dan penuh kasih sayang. Mereka sungguh-sungguh terhanyut dalam kebahagiaan dan kekaguman atas ketulusan hati Awan.
“Awan yakin?” tanya papanya sembari mempererat pelukannya dan mencoba memperjelas.
“Awan yakin dan iklas, Pa…”
“Kami pasti mengizinkanmu untuk membagi-bagikan semua kado ini, sayang. Tapi…” spontan Awan terkejut dan melepas pelukan itu.
“Tapi apa, Ma? Apapun syaratnya akan Awan lakukan, Ma asalkan Awan diizinkan membagikan ini kepada mereka.” tanya Awan sedikit mendesak karena sudah siap menerima apapun yang menjadi syaratnya. Tetapi mamanya hanya terseyum melihat mimik Awan yang sangat semangat itu. Ia pun memandanginya dengan penuh kasih sayang dan dukungan.
“Syaratnya hanya dua, yai…”
“Apa, Ma?” potong Awan dengan antusianya.
“Satu... Awan harus mengizinkan papa dan mama untuk membeli kado yang lebih banyak lagi sebagai tambahannya dan yang kedua... papa dan mama harus mencium dan memeluk Awan ...!”
Mereka pun tertawa terbahak-bahak dengan saling memeluk dengan penuh sukacita dan kehangatan. Hal ini sungguh membahagiakan. Awan sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan karena diberikan keluarga yang sangat membahagiakan hidupnya. Ini adalah rahmat terindah dalam hidupnya.
Hari itu juga mereka pergi ke toko permainan dan pakaian untuk membeli tambahan kado dan setelah itu pergi ke panti asuhan yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Di sana mereka membagi-bagikan kado-kado itu kepada teman-teman Awan sambil bermain bernyanyi bersama. Setelah hari itu, Awan dan keluarganya semakin sering berkunjung ke beberapa panti asuhan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka membagi-bagikan apa yang mereka miliki untuk dinikmatinya bersama. Awan sangat senang melakukannya dan sangat menyanyangi teman-teman barunya yang semakin banyak dari waktu ke waktu. Ia yakin bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan kasih sayang kepada semua orang tanpa memandang ini dan itu. Semua sama di mata Tuhan. Apa yang dimilik Awan bukanlah miliknya seutuhnya namun milik semua orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun