Saya sudah lama ingin menulis mengenai pembahasan ini sejak lama, karena saya melihat banyak orang yang beragama tapi tidak dapat memaknai mengenai esensi agama, yang di anutnya.
Mayoritas orang beragama ditentukan karena faktor keturunan, jadi secara tidak langsung orang sudah beragama ditentukan oleh keturunan sejak ia lahir, dari ayah atau ibunya, dan ini akan menutup kemungkinan untuk  kita, dapat membuka mata akan perspektif mengenai pemahaman dari agama lain atau konsep ketuhanan dari agama lain yang ada di muka bumi.
Karena nanti ketika kita akan mempelajari agama lain dari kitab yang lain, kita akan dianggap melakukan perbuatan yang menentang dari ajaran yang kita anut, dan bisa jadi kita akan dianggap tidak sepaham dengan agama yang kita anut.
Hasilnya sanksi sosial lah yang akan kita terima seperti pengucilan dari beberapa pihak atau sentimen negatif lainya terhadap kita.
Satu catatan bahwa tidak satu agamapun di muka bumi yang mengajarkan kejahatan atau keburukan, semua agama di muka bumi pasti meberikan sebuah ajaran mengenai tuntunan hidup dan dorongan hidup untuk menjauhi keburukan yang akan merugikan orang lain dan diri sendiri.
Perlu kita ketahui banyak konsep kepercayaan yang beragam di muka bumi, dan harus diingat, kita dan milyaran orang di muka bumi tidak mungkin sepaham dengan satu konsep ketuhanan, kenapa? Â "ya,karena setiap orang punya konsep keyakinan yang berbeda".
Simulasinya seperti, mereka yang telah nyaman dengan apa yang dianutnya pasti sudah menemukan zona tenang dan damai di jiwanya, dari sinilah kita akhirnya tau bahwa beragama ternyata sangat baik untuk kesehatan mental".
Lalu ada yang bertanya juga, Â "kenapa setiap manusia punya zona tenang dan damai yang berbeda beda dari berbagai kepercayaan" jawabanya akan kembali lagi pada, setiap orang punya konsep keyakinan yang berbeda.
Dari sini kita bisa membuka mata akan banyak perspektif, terhadap sekian agama dari sekian kitab, untuk bisa memaknai Entitas beragama dalam kehidupan, bukankah Kitab yang ada meliputi Kitab Zabur,Taurat,Injil dan Alquran merupakan suatu firman atau pesan dari Allah/Tuhan yang wajib kita percayai akan kebenaranya dan keberadaanya.
Penulis juga tidak memaksakan pembaca mengenai kepecayaan apa yang harus dianut,konsep agama mana yang paling benar, karena menurut penulis kita tidak dapat mungkin sepaham dengan apa yang kita pahami karena setiap orang memiliki konsep keyakinannya masing-masing, dan karenanya penulis memeberikan pemahaman ini kepada pembaca akan konsep beragama melaui tulisan ini.
Sejatinya, Hal terpenting dalam memaknai esensi kehidupan adalah ketika bisa berbuat baik, bermanfaat bagi banyak orang serta memupuk kepekaan akan rasa kemanusian terhadap sesama.