Mohon tunggu...
Dani Fitriyani
Dani Fitriyani Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan

Penggemar kopi sachet

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kehidupan Seperti Puzzle

12 Januari 2023   10:24 Diperbarui: 12 Januari 2023   10:27 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia lahir dengan potensi bawaan yang beragam. Mulai dari lahir hingga tua persoalan kehidupannya pun berbeda satu sama lain. Lahir di tengah keluarga dan lingkungan yang tak bisa kita tentukan sendiri tentu menjadi tantangan tersendiri.

Aku menggambarkan kumpulan tanda tanya dan persoalan-persoalan itu seperti sebuah puzzle. Ya, manusia memiliki puzzle masing-masing dalam kehidupannya. Bahkan dirinya sendiri pun adalah sebuah puzzle bagi dirinya sendiri.

Diciptakan dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas memberi isyarat bahwa manusia diharuskan untuk terus mencari-cari potongan puzzle dalam diri seta kehidupannya. Di hadapan dunia manusia memang sebaiknya kokoh membusungkan dada tanda keberanian dalam bergulat dengan dunia, yang mana kata seorang bijak bestari semesta dunia tak lebih besar dari semesta yang terdapat dalam diri manusia. Namun di titik serta tempat tertentu, manusia tak bisa mengelak bahwa dirinya memang kecil yang lahir dari belas kasihan dari Dzat Yang Maha Besar.

Mengais potongan-potongan kejadian serta pengetahuan yang akan membentuk puzzle menjadi lebih layak untuk 'dilihat' mungkin tak akan pernah selesai hingga masa hayat manusia itu sendiri habis. Bahkan kita tak pernah benar-benar tahu seberapa besar dan banyaknya puzzle yang seharusnya kita susun. Namun, mendekati 'nyaris selesai' itu sudah menjadi pencapaian yang baik sekali.

Manusia memiliki banyak ruang dalam perjalan hidupnya yang masing-masing mengharuskan pelakunya untuk membereskannya. Manusia sebagai anak, sebagai orang tua, saudara, teman, murid, guru, penjual, pembeli, dan sebagainya dan sebagainya.

Tak akan pernah selesai dengan sempurna. Pasti. Akan tetapi kesempurnaan bukan tujuan dari perjalanan kita selama ini. Perjalanan yang tidak akan pernah sempurna dan benar-benar selesai akan tetapi tetap harus dijalani demi mendekati kesempurnaan dan khatam dengan versi terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun