Mohon tunggu...
daniel tanto
daniel tanto Mohon Tunggu... Montir - melukis dengan cahaya, menulis dengan hati...

bekerja di institusi penelitian suka menulis, memotret, dan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Kecanduan (Yogyakarta)

29 Januari 2010   10:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_64032" align="aligncenter" width="500" caption="- titik NOL KiloMeter di Kantor Pos Besar Yogya - Foto: daniel tanto -"][/caption] Saya kadang heran, mengapa harga tanah di daerah Utara Yogyakarta sangat mahal, bahkan tanah di desa saya yang tahun 2000 masih Rp.100.000/m persegi, saat ini sudah ditawarkan Rp.700.000/m persegi. Aneh menurut saya, karena juga tidak banyak pembangunan infrastruktur di daerah saya. Tetapi nyatanya, para devoloper juga PD saja menawarkan bangunan perumahannya dengan harga sampe Rp.500jt untuk bangunan seluas kurang dari 200m persegi. Lebih heran lagi, ternyata ada juga yang beli. Demam macam apa ini? [caption id="attachment_64036" align="aligncenter" width="500" caption="- salah satu candi wajib pembelajaran fotografi, candi RATU BOKO - foto: daniel tanto -"][/caption] Tentunya saya yang selalu ingin tahu ini berusaha mencari tahu, bukan cari tahu kupat, tapi cari tahu, cari informasi. Ternyata, kebanyakan rumah-rumah itu dibeli oleh orang-orang yang tidak tinggal di Yogya. Mereka kebanyakan dahulu pernah kuliah atau sekolah di Yogya, dan mereka ingin kembali ke sini untuk menghabiskan masa santainya ( alias masa pensiunnya ). Benar-benar lucu. Sepertinya mereka itu masih terbayang-bayang masa sekolah atau kuliah dulu, dan saking senengnya bernostalgia, mereka rela membeli rumah-rumah dan tanah-tanah mahal di kota ini. [caption id="attachment_64041" align="aligncenter" width="500" caption="- atau karena masih ada petani berdansa dengan traktor tangan di pagi hari? - foto: daniel tanto -"][/caption] Masuk akal juga, jika suatu barang bisa dijual lebih dari nilai sebenarnya, jika memang sesuatu memiliki nilai emosional tertentu, bukan dihargai nilai rasionalnya saja. Saya sendiri sempat bekerja di luar Yogyakarta, dan walaupun gaji di luar Yogya, di kota-kota besar, bisa sampai 5x lipat dibandingkan di Yogya, toh akhirnya saya mendamparkan diri lagi di kota ini. Seperti penyakit, seperti narkoba, kota ini menimbulkan kecanduan hebat buat saya. Apakah anda merasa begitu juga? Kenapa ya? Kalau saya, mungkin karena kemudahannya, kemana-mana dekat, saya tidak bayangkan jika perlu 45 menit sampai ke kantor, karena jika di Yogya dalam 45 menit anda sudah sampe kota tetangga, misalnya Klaten. Selain itu, disini makanan yang murah ada, yang mahal ada, dan semua bisa diakses dengan mudah tanpa ribet mikir mau parkir dimana dan sebagainya. Satu lagi, di sini saya bisa dilayani dengan manusiawi walaupun dangan celana pendek dan sandal jepit, lain halnya jika saya di kota besar, dimana layanan sesuai penampilan, asal tampilan mahal, dianggap punya duit. Salah besar jika anda berada di Yogya, di sini penampilan bukan no.1. Jadi inilah beberapa alasan saya senang tinggal di sini. Apakah anda yang merindukan kota ini punya alasan lain? Ayo komentar di sini... [caption id="attachment_64048" align="aligncenter" width="500" caption="- makanannya? dalam foto ini, pose ini Sate Klathak di kanan, Kicik Kambing di kiri - foto: daniel tanto -"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun