Mohon tunggu...
Daniel Steven
Daniel Steven Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Musikk

Selanjutnya

Tutup

Financial

Efisiensi Invests di Indonesia: ICOFR

4 Desember 2024   17:17 Diperbarui: 4 Desember 2024   17:17 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://akuntansiterapan.com/wp-content/uploads/2024/04/1682764879178.jpg

Efisiensi Investasi di Indonesia: ICOR

Efisiensi investasi merupakan elemen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk menilai efisiensi ini adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR mengindikasikan besarnya investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan satu unit Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ICOR yang rendah, biasanya berkisar antara 0 hingga 1, menunjukkan bahwa suatu negara dapat menggunakan investasinya secara efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan biaya yang relatif rendah. Sebaliknya, nilai ICOR yang tinggi mencerminkan efisiensi investasi yang rendah, di mana modal besar hanya memberikan dampak ekonomi yang kecil.

Banyak faktor yang memengaruhi nilai ICOR suatu negara, termasuk proses perizinan, kualitas infrastruktur, regulasi pemerintah, korupsi, serta kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA). Prosedur perizinan yang cepat dan transparan dapat mengurangi hambatan administratif, sehingga memperbaiki efisiensi investasi. Infrastruktur yang memadai, seperti jalan, listrik, air bersih, pelabuhan, dan fasilitas logistik, juga menekan biaya operasional, sehingga meningkatkan daya saing. Sebaliknya, infrastruktur yang buruk akan meningkatkan biaya distribusi dan logistik, menyebabkan tingginya ICOR. Selain itu, regulasi yang tidak konsisten dan praktik korupsi sering kali menjadi penghambat efisiensi investasi.

Faktor lain seperti SDM yang berkualitas dan SDA yang dikelola secara efektif juga memainkan peran penting. Tenaga kerja yang terampil mampu memaksimalkan hasil investasi, sementara pemanfaatan SDA secara optimal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kombinasi dari faktor-faktor ini membentuk iklim investasi yang tercermin dalam nilai ICOR suatu negara.

Beberapa negara, seperti Vietnam dan Tiongkok, memiliki nilai ICOR yang rendah karena investasi yang strategis pada infrastruktur, kebijakan yang mendukung investasi, dan tenaga kerja yang produktif. Sebaliknya, negara dengan ICOR tinggi, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan dalam menciptakan efisiensi investasi. Nilai ICOR Indonesia, yang sempat mencapai 8,66 pada 2021 sebelum turun menjadi 6,33 pada 2023, masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara ASEAN lainnya, seperti Filipina (3,7), Thailand (4,4), dan Vietnam (4,6). Tingginya ICOR Indonesia menunjukkan bahwa investasi belum digunakan secara optimal untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Untuk meningkatkan efisiensi investasi, Indonesia perlu belajar dari praktik negara lain. Misalnya, Vietnam fokus pada pembangunan infrastruktur strategis, sementara Thailand menerapkan digitalisasi birokrasi untuk menyederhanakan proses perizinan. Di Indonesia, penguatan sistem Online Single Submission (OSS) menjadi langkah strategis untuk memperbaiki iklim investasi. Namun, tantangan dalam implementasi OSS, seperti kurangnya integrasi antara pemerintah pusat dan daerah serta keterbatasan teknologi di beberapa wilayah, perlu segera diatasi.

Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat daya saing sektor-sektor utama, seperti pertanian, manufaktur, jasa, dan teknologi. Inovasi teknologi, pendidikan vokasi, serta pelatihan tenaga kerja harus menjadi prioritas untuk meningkatkan produktivitas. Pendekatan yang terintegrasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat akan menciptakan sinergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dengan fokus pada reformasi struktural, peningkatan infrastruktur, dan pengembangan SDM, Indonesia dapat menurunkan nilai ICOR, meningkatkan daya tarik investasi, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun