Banyak Respon dan reaksi terhadap ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) di pelbagai media sosial yang bermula dari Youtube, terutama dari pihak penghayat / pengiman kekristenan dan bahkan penghayat keislaman yang sering dikatakan "moderat".Â
Kebanyakan respon menyayangkan isi ceramah UAS dari yang rasional, tampak halus, nasehat etis, setengah halus, cacian, bahkan sampai tingkat perudungan  di pelbagai media sosial.Â
Ada juga kelompok yang mengatasnamakan umat Kristen dan Katolik  di NTT melakukan tuntutan hukum karena ceramah itu dianggap melecehkan umat Kristen / Katolik.
Tulisan ini bermaksud membela isi ceramah UAS dalam batas-batas jangkauan pikiran dan perasaan manusiawi apapun agamanya (termasuk agnostik dan ateistik).Â
Artinya memahami, mengakui, dan mencari adanya kebenaran yang disampaikan UAS sejauh dapat dijangkau akal manusiawi. Dengan segala akal dan upaya, manusia hendak mencapai semacam keutamaan pokok (keadilan, kearifan, keberanian, dan keugaharian) meskipun tidak selalu berhasil.Â
Tulisan ini mencari pemahaman dari perspektif kekristenan seorang awam, seorang pengikut Yesus Kristus yang menderita sengsara, disalibkan, dan wafat pada waktu Pontius Pilatus.
Namun, tulisan ini tidak berhenti pada "pembenaran" terhadap posisi UAS, tetapi hendak meneruskannya ke tingkat sesuatu yang melampauinya. Katakanlah, hal itu dilihat  dari keutaman ilahi (iman, pengharapan, dan kasih). Keutamaan yang hanya diperoleh manusia dari suatu anugerah semata-mata dan hendak dirawat baik-baik.Â
Dan, dari keutamaan adimanusiawi inilah yang turut juga menerangi peristiwa dan pengalaman manusiawi sehari-hari, termasuk ketakutan terhadap salib. Jadi, keutamaan ini tidak hanya memahami salib sebagai sesuatu yang menakutkan dan gelap semata, tetapi mengimani bahwa melalui salib yang hina itu manusia mencapai kemuliaan, kebangkitan.
Jadi, apa yang diungkapkan UAS tidak dibantah, tetapi justru  diafirmasi sebagai ketakutan wajar manusiawi terhadap salib yang mengerikan dan kesengsaraan yang bisa jadi bersumber dari kekuatan gelap abstrak, seperti jin kafir. Ujian selanjutnya adalah melihat kegelapan, peristiwa sengsara, dan salib Yesus itu dalam terang keutamaan ilahi.Â