Jatuhnya harga minyak dunia membuat orang menduga - duga apa yang terjadi dengan minyak, kenapa harga minyak yang 6 bulan lalu masih perkasa diatas 100 US$/Barel menjadi terjerebab ke level dibawah 50 US$/Barel, penulis mendegar ada beberapa sebab yang menyebabkan turunya harga minyak ada yang bilang karena faktor supply ( penawawaran ), mata uang dan politik.
- Faktor Supply ( Penawaran )
Jatuhnya harga minyak disebabkan diproduksinya Shale Oil di Amerika Serikat,AS yang awalnya adalah Konsumen minyak terbesar sekarang menjadi produsen minyak, bahkan AS menjadi negara pemilik cadangan minyak terbesar di dunia menggeser Venezuela, harga ke ekonomisan shale oil adalah 50-60 US$/barel, jadi bila harga minyak diatas harga itu maka perusahaan minyak shale akan mendapatka keutungan memproduksi shale oil tapi bila dibawah itu maka minyak shale tidak ekonomis, dikarenakan hal tersebut maka negara-negara yang mempunyai biaya penggalian minyak rendah seperti Arab Saudi akan mencoba menurunkan harga minyak dibawah 50-60 US$/barel
- Faktor Mata Uang
Dengan menguatnya US$ akibat mulai tumbuhnya ekonomi AS dan ekpektasi FED ( bank Sentral di AS ) akan menaikan tinggkat suku bunganya maka harga-harga komoditas yang berlandaskan US$ mendapat tekanan harga minyak yang juga komoditas yang diperdagangkan dengan satuan US$ tentu ikut kena imbasnya
- Faktor Politik.
Ada yang menghubungkan penurunan harga minyak ini karena AS ingin menghukum Rusia, seperti kita ketahui ekonomi Rusia sangat tergantung harga minyak, karena pendapatan Rusia 60% lebih dari minyak hukuman ini karena Rusia yang mulai terlihat akan membanggun kembali emporium bangsanya seperti masa Uni Sovyet. AS dan sekutunya sangat tidak nyaman dengan ulah Rusia ini maka mereka menghukumnya melalui harga minyak karena hukuman embargo ekonomi tampaknya tidak diperdulikan oleh Rusia
Dari faktor - faktor tersebut faktor Supply dan Mata uang lebih logis untuk diambil sebagai penyebab sebagai jatuhnya harga minyak, dikarenakan faktor supply bersifar fundamental maka penurunan harga minyak ini tampaknya akan lama, harga minyak yang sampai 100 US$/Barel tampaknya akan sulit terjadi lagi dalam waktu 5 Â tahun kedepan.
Trend harga minyak yang sudah turun dalam jangka panjang ini merupakan berkah bagi APBN kita, penurunan ini akan mengurangi subsidi BBM, kurangnya subsidi BBM dapat dialokasikan menjadi pengeluaran yang produktif dan dari sisi inflasi perunan harga minyak ini memberikan harapan agar inflasi tahun ini lebih kecil dari tahun 2014 dan 2013 sehingga ada ruang bagi BI untuk menurunkan tingkat suku bunganya, dari sisi neraca perdagangan penurunan harga minyak ini akan mengurangi deficit dalam sektor migas tapi penurunan harga minyak yang diikuti oleh penurunan harga - harga komoditas adalan kita seperti CPO dan karet juga perlu dicermati, tapi secara keseluruhan penuruanan harga minyak ini merupakan berkah bagi negara kita.
Indonesia juga mempunyai potensi shale oil, potensi tersebut ada di pulau Sumatera penurunan harga minyak jangan sampai kita malas untuk mempelajari teknologi shale oil, karena minyak baik yang diproduksi secara konvensional maupun shale adalah sumber energi yang bersifat tidak dapat diperbaharui, sifat dari barang yang tidak dapat diperbaharui adalaha dalam jangka panjang harganya akan kembali naik, kita tidak boleh lengah terhadap turunya harga minyak sekarang justru kita mengambil kesempatan dari penurunan yang bersifat panjang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H