Mohon tunggu...
Daniel Ronda
Daniel Ronda Mohon Tunggu... Dosen Teologi -

Dosen Teologi, tinggal di kota Makassar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jualan Agama di Pemilukada Sulsel

12 Maret 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Gubernur Sulsel masih tahun depan, tetapi tabuh “perang” sudah dikumandangkan. Pertarungan yang sudah semakin hari semakin nyata yaitu antara Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) versus Syahrul Yasin Limpo atau SYL (belum ada wakil yang diresmikan, dulu SAYANG dengan Agus Arifin Nu’mang). Perang baliho di mana-mana, SYL pakai slogan “Don’t Stop Komandan” dan IA pakai slogan “Semangat Baru Sulsel”. Memang masih terlalu dini memprediksi siapa yang bakal menang atau setidaknya yang memiliki tanda-tanda kemenangan.

Cuma yang menyedihkan adalah terlibatnya rohaniwan dan tokoh-tokoh agama dalam hal dukung-mendukung. Di harian-harian lokal (Fajar, Tribun Timur, dll) sudah menyebut ada rohaniwan dan berbagai unsur pemimpin agama mulai saling menyatakan untuk mendukung calonnya. Di surat kabar dilaporkan pemimpin dan tokoh-tokoh agama diundang untuk menghadiri acara-acara yang berujung kepada pernyataan dukungan. Saya sedih karena apa motivasinya sampai melibatkan agama? Mengapa agama “dijual” dalam pemilukada? Apakah ini hanya motif supaya dapat keuntungan finansial? Apakah supaya mendapat bantuan di kemudian hari? Atau berharap adanya balas jasa? Mudah-mudahan dugaan saya salah. Dukung mendukung sih sebenarnya biasa saja dalam politik dan sebagai bagian dari warga negara yang baik (good citizen). Tetapi menjual ketokohan untuk mendukung figur tertentu seperti “melacurkan diri” sebagai makhluk mulia, apalagi sebagai utusan Tuhan di muka bumi ini.

Apakah memang rohaniwan tidak bisa ikut politik? Memang sebaiknya rohaniwan menjauhkan diri dari politik dan hanya alasan tertentu rohaniwan bisa turun ke dunia politik secara moral. Pertama, rohaniwan bisa turun gunung bila ada ketidakadilan dan kediktatoran yang merusak prinsip demokrasi. Kedua, bila Pancasila sebagai dasar negara mulai terancam. Ketiga, jika ada kecurangan masif yang nyata secara kasat mata. Hanya hal-hal ini yang membolehkan rohaniwan terlibat secara moral dan sebaiknya meninggalkan jabatan strukturalnya bila mau terjun ke politik praktis. Sewajarnya pemimpin agama tidak mendukung calon A atau B sehingga dapat membingungkan umat yang dipimpinnya. Karenanya tak heran banyak sikap sinis muncul di umat yang menyebut rohaniwan seperti itu hanya petualang yang hanya mau dapat duit. Betapa memalukan dan menyedihkan.

Saya senang dengan Kardinal Sin tokoh Katolik yang ikut memimpin demo yang menjatuhkan diktator Marcos. Setelah waktu damai dan demokrasi jalan baik, di tahun 1997 dia ditanya apakah dia mendukung Estrada atau Arroyo, Miriam Defensor-Santiago, Renato de Villa, Jose de Venecia, Emilio Osmena, Alfredo Lim and Ramon Magsaysay, Jr., Raul Roco dan yang lainnya sebagai calon presiden? Dia memerintahkan agar setiap pemimpin agama mendoakan semua calon-calon itu dan tidak berfihak kepada salah satu saja. Prinsipnya yang terkenal adalah jangan taruh telur di satu keranjang, di mana agama hadir untuk menjadi pendamping agar menjaga moral bangsa bukan melacurkan diri untuk mendapatkan keuntungan finansial. Mudah-mudahan pemilukada di Sulsel jalan lancar dan aman, serta para rohaniwan tidak terjebak menjual “agama” untuk keuntungan sesaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun