Suatu pagi di bandara Sentani Papua sekitar Februari 2010, setelah membayar airport tax, saya melewati penjaga bandara. Tiba-tiba ada kegaduhan dan semua orang mulai memperhatikan suatu sosok tubuh mungil nan seksi dengan kacamata hitam besar. Penjaga perempuan bandara yang merobek karcis saya berbisik keras, itu Jupe. Saya pun senang bisa melihatnya dari dekat karena dia persis di depan saya mengantri masuk ke ruang tunggu. Sayang kemudian saya tidak sempat menyapa dan berkenalan dengannya. Yah, Jupe di mana-mana telah menjadi magnet dan perhatian, termasuk sebagaian besar orang di bandara Sentani waktu itu yang mencuri kesempatan untuk menengok dan melihat dia.
Kali ini Jupe dan juga Maria Eva membuat berita sebagai orang yang mau mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati Pacitan dan Sidoarjo. Saya tidak tahu mengapa dia tidak berniat jadi bupati. Yang jelas niatnya membuat kontroversi banyak fihak. Kaum moralis mulai berteriak, tetapi tidak pernah berteriak kalau belum jadi bupati. Kaum moralis hanya berdiam melihat kevulagaran sehari-hari. Kaum penjaga birokrat mulai menanyakan kapabilitas artis-artis ini dalam memimpin, dan banyak lagi kontroversinya.
Secara pribadi saya sendiri saya menolak Jupe dan Maria Eva ke pentas politik dengan alasan yang substantif yaitu yang bersangkutan belum pernah terjun ke dunia ini atau setidaknya dunia sosial kemasyarakatan. Saya menolak, bukan karena pakaiannya, tetapi memang mereka belum pantas maju karena terkesan dipaksakan maju demi mendapatkan popularitas. Terlalu instan. Itu sebabnya dia ditaruh sebagai calon wakil bupati, yang kemungkinan motifnya adalah mendapatkan suara semata. Ini memang masih pertaruhan politik, apa betul “public figure” pastimendapat suara banyak?
Seharusnya Jupe dan Maria Eva terjun dulu ke dunia sosial dan politik. Contoh yang baik adalah Nurul Arifin. Dia juga artis seksi pada zamannya. Saya masih bisa mengenang keseksiannya di film. Tetapi kemudian dia terjun dulu ke dunia politik dan sosial, sehingga akhirnya menjadi anggota DPR yang terhormat.Saya merasa bangga melihat perjuangannya menjadi seorang politikus.
Saya sedih melihat artis yang tidak punya pengalaman di bidang sosial politik mau terjun langsung jadi pemimpin. Sewaktu di Filipina, saya melihat kehancuran Filipina ketika dipimpin oleh Joseph Estrada (Erap), di mana latar belakangnya hanya aktor film yang mana di film ia adalah “hero” bagi kaum miskin. Banyak orang berpikir bahwa kalau dia jadi presiden, maka apa yang ada di film jadi kenyataan. Nyatanya Filipina dibawa ke dalam keadaan krisis. Saya sendiri melihat perbedaan itu waktu saya studi di Filipina, di mana ada perbedaan antara dipimpin Fidel Ramos dan Estrada.
Menjadi pemimpin tidak boleh instan. Dia harus melewati sebuah proses panjang, entah itu lewat komitmen dan aktiviasnya dalam bidang sosial kemasyarakatan atau politik. Prinsip pertama menjadi pemimpin adalah panggilannya kepada dunia yang dimasukinya. Panggilan ini penting dan tidak lahir karena iming-iming uang dan kedudukan. Bila panggilan ini ada disertai dengan komitmen perubahan diri dan karakter, mantan pelacur pun berhak dipilih!
Prinsip kedua adalah sikap altruismenya kepada rakyat yang terbukti dalam waktu. Banyak kali sikap altruis yaitu kebaikan kepada sesama muncul hanya pada masa kampanye dan setelah itu tidak ada lagi. Padahal pejabat pemerintah adalah pelayan bagi masyarakat (public service). Bila ini tidak dihayati, maka itu akan berbahaya menjadi pemimpin. Dan sikap melayani tidak lahir secara instan tetapi lahir dalam sebuah aktivitas nyata dan teruji dalam waktu.
Jadi bagaimana dengan fenomena Jupe dan Maria Eva? Jangan dilarang adalah yang terbaik, namun mengingatkan bahwa yang bersangkutan harus punya panggilan dan komitmen. Mudah-mudahan beliau sadar untuk terus mengembangkan diri di musik atau layar lebar dulu. Bila panggilan itu datang, biar dia memasuki proses waktu terjun di dunia sosial, politik, dan kemasyarakatan. Harus dari bawah dan kemudian menapaki diri dalam memasuki dunia kepemimpinan yang berorientasi kepada pelayanan dan rakyat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI