Mohon tunggu...
Daniel Puspo Wardoyo
Daniel Puspo Wardoyo Mohon Tunggu... -

seorang yang terus bertumbuh dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bila Aku Selingkuh...

7 Oktober 2011   09:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata itu begitu jelas lekat menatapku, tajam sekali... seakan berlirih memanggil-manggilku wajahnya lembut ayu...tak bernoda menyuarakan rindu Bibirnya memerah memecah sendu..mendayu-dayu oh Gusti...kuatkah bertahan hatiku ? Mulanya tak ada rencana untuk bertemu, menyapa apalagi bercengkerama dengannya. Namun waktu itu tiba. Mulanya biasa, namun pertemuan itu tiada lepas dari ingatan dan memberi kesan yang mendalam. Entah karena ke-ayu-annya, perhatiannya, rasa saling "nyambung" atau karena aku sedang "kehausan". Disambung dengan saling bertukar no HP lalu terkirimlah "pesan" demi "pesan". Dari pertanyaan basa-basi, lalu mulai nyerempet ke hal-hal yang pribadi. Bila ada nada pesan diterima, segera ingin membuka HP dan membacanya. Rasanya sangat deg-deg plas...hmh..harap-harap cemas. HP digenggam tak mau dilepas.  Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? ataukah ini yang dinamakan puber kedua? aku tidak tahu. Yang mulainya biasa lama-lama menjadi luar biasa pengaruhnya. Bahkan sulit lepasnya. Tapi tentu semuanya menjadi rahasia berdua, tak seorangpun boleh tahu. Demikian juga istriku. Apakah aku sudah selingkuh? Bila aku selingkuh...rasanya enak dan menantang dicampur gairah menggelora Bila aku selingkuh..kenikmatan itu bisa kuraih meski bisa jadi sesaat Tapi Bila aku selingkuh..apakah aku benar-benar puas? Bila aku selingkuh..bukankah aku mengkhianati janji pernikahanku yang artinya mengkhianati Tuhan yang mempersatukan, Istriku sebagai teman pewaris kasih karunia, anak-anakku buah hati kami dan diriku sendiri Bila aku selingkuh...aku juga menjadikan wanita itu sebagai pelampiasanku..obyekku ah egoisnya aku Bila aku selingkuh...seteguk kurasa tapi pahit di dada tak sirna Bila aku selingkuh..porak-porandalah tatanan rumah tangga air mata bisa menjadi makanan Bila aku selingkuh...semua berduka terlalu mahal harganya cinta sejatiku hanya untuk seteguk kenikmatan terlalu bernilai "kekasih-kekasih jiwaku" yang terganti hanya demi bayangan melesat Ah maka semoga ini menjadi "BILA" dan tidak pernah ada bahkan niatpun tidak (foto-foto diambil dari google)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun