Mohon tunggu...
Daniel Puspo Wardoyo
Daniel Puspo Wardoyo Mohon Tunggu... -

seorang yang terus bertumbuh dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiga Anak Panah Saya

9 Juni 2011   06:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:42 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya makin menyadari sekarang ini. Memiliki tiga anak panah memperluas cakrawala saya dan ruang di hati saya. Itu juga membuat saya mengagumi  Sang Pencipta yang kreatif dan Mahakuasa.  Setiap hari makin menikmati perkembangan mereka. Ternyata mereka memang memiliki keunikan masing-masing. Bersyukur kalau saya bisa mempunyai lebih dari satu anak panah sehingga bisa menjadi pembanding satu dengan yang lain secara positif. Meskipun tiga anak panah saya itu berjenis kelamin laki-laki  semua, namun mereka tetap memancarkan keberbedaan. Kekhasan itu dapat terlihat dari fisiknya : yang sulung, wajahnya sering dikatakan mirip dengan ayahnya, badannya besar, kulitnya hitam, rambutnya lurus hitam lebat. Yang tengah, wajahnya persis ibunya, badannya kurus kecil (ketahuan mengalami bocor jantung ketika berusia tiga bulan dan kena flek lalu diobati selama enam bulan), kulitnya agak hitam, rambutnya ikal rapi. Sedangkan yang bungsu, wajahnya campuran ayah dan ibunya, badannya besar tinggi, kulitnya putih, rambutnya ikal. Kepribadiannya juga unik : anak panah yang pertama, tegas,  keras, nuntut sempurna kadang kaku. Anak panah yang ke dua, cuek, kadang maunya sendiri, ceplas ceplos bahkan berani menegur ayahnya bila ada yang tidak di sukai. Anak panah yang ke tiga, sampai umur dua tahun ini belum berbicara, mudah merasa tidak aman, mudah menangis di suasana yang tidak dikenali. Dalam hal makan. yang paling besar, sangat suka makan (apapun) bahkan sering berlebihan. Yang nomer dua, tidak suka makan terutama nasi, sayur dan sejenisnya kecuali roti dan biscuit. Yang paling kecil, juga suka makan tapi belum banyak menguyah. Mengingat hal demikian, memang tidak mudah bagaimana memperlakukan ke tiga anak panah saya ini yang unik. Tentu tidak sama perlakuannya dan pendekatan yang dilakukan untuk membimbing mereka. Namun biarlah kami (saya dan istri) terus belajar untuk menemani mereka bertumbuh. Mereka bukan sekedar anak namun juga sebagai guru yang justru melatih kami untuk bertumbuh dalam karakter yang makin lebih baik. Terutama kami menyadari peran kami hanya sebagai "busur", biarlah ke tiga anak panah kami akan diarahkan mencapai sasaran yang oleh Sang Pemanah sesuai keinginanNya. Biarlah kami bekerja sama dengan Sang Pemanah untuk bergerak, melentur dan mengarah dengan fokus pada sasaran. Semoga. 6 Juni 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun