Menjelang siang seperti ini memang paling enak kalau curhat. hehehe. Kali ini saya ingin berbagi sedikit mengenai apa yang selama ini mengganggu pikiran saya.
Sedikit info sebelumnya, saya adalah seorang trader dan/atau investor saham (red: orang yang jual beli saham di bursa efek atau pasar saham) yang masih pemula. Saya baru menggeluti bidang ini bulan Agustus 2013 lalu.
Itupun saya gak langsung beraksi, melainkan hanya memantau saja meskipun sudah membuka akun di salah satu perusahaan sekuritas.
Berbicara mengenai investasi saham, hal yang saya yakini saat memutuskan untuk terjun di bidang ini adalah bahwa saham adalah salah satu media investasi modern yang menjanjikan memberikan manfaat dan keuntungan kepada pemiliknya (untuk yang ingin membaca lebih jauh mengenai saham bisa dibuka situs www.idx.co.id atau www.duniainvestasi.com atau situs lainnya). Saya waktu itu yakin bahwa para pendiri pasar saham dimanapun di seluruh dunia punya niatan baik sebagai berikut:
- memperoleh keuntungan lebih secara pribadi dan golongan mereka sendiri dari keikutsertaan banyak orang di pasar saham.
- memberikan masyarakat umum dengan kemampuan keuangan yang pas-pasan untuk ikut menikmati keuntungan atau laba dari perusahaan besar melalui kepemilikan saham.
yah, setidaknya saya yakin dua item di atas itu ada di niatan mereka. hehehe. Nah, sekarang yang menjadi permasalahan menurut saya adalah di negara kita ini, yang namanya saham itu gak dikenal sama masyarakat. Akibatnya adalah partisipasi masyarakat kita sangat kecil di pasar saham kita sendiri dan yang banyak bertransaksi justru pihak asing. hmmm.
PARADIGMA MASYARAKAT
Berbicara mengenai masyarakat Indonesia dan saham, saya ingin sedikit mengulas sedikit paradigma yang berkembang saat ini yang intinya sudah pasti menghalangi masyarakat untuk mencoba berinvestasi saham baik secara langsung maupun tidak langsung:
Saham itu sama seperti Judi
Untuk paradigma yang satu ini ya memang bisa benar bisa salah. Sialnya memang pada kenyataannya kebanyakan benar akibat banyaknya trader newbie (seperti saya) yang kehilangan uangnya dan bangkrut. hehehe. Untuk jadi orang yang rugi besar di pasar saham itu caranya mudah banget.
Kita tinggal ikutin emosi kita dan beli saham yang lagi melaju naik dengan kencang. Niatnya mau jual lagi besok pas harganya semakin tinggi, padahal kenyataannya besok harga bakalan terjun bebas. Intinya menurut saya di pasar saham itu kalo kita ikutin emosi dan perasaan serakah, maka besok bakal menyesal pada akhirnya.
Harusnya gimana sih?
Harusnya, sebagaimana guru PPKN dan Agama mengajarkan dulu di sekolah, kita itu harus selalu punya niatan baik dalam melakukan sesuatu.
Saham itu diciptakan untuk menguntungkan dan memang begitu seharusnya. Jadi, sebelum ikut terlibat (entah secara langsung maupun tidak langsung melalui instrumen investasi lain seperti reksadana dan unitlink) pastikan niat kita baik dan hilangkan perasaan serakah. Untung besar di pasar saham itu sesuatu yang mungkin terjadi dalam satu atau dua hari, tapi normalnya gak selalu begitu.
Seringkali malah kita harus mampu bersabar beberapa waktu untuk memperoleh keuntungan. Untung besar secara instan itu cuma ada melalui jalur pesugihan atau investasi bodong. hehehe.
Kalo niat kita udah baik dan tidak ada perasaan serakah, kita tidak akan terjebak dengan pergerakan sesaat harga saham dan insya Allah keuntungan akan mengikuti.
Saham itu mahal
Betul juga sih, kalo maunya beli dalam jumlah besar memang mahal. Kenyataannya ya gak begitu. Ada saham perusahaan yang dijual dengan harga Rp. 50 per lembar atau Rp 50 x 100 lembar = Rp. 5.000 untuk satu lot (red: 1 lot adalah satuan perdaganan saham terkecil. di Bursa Efek Indonesia saat ini 1 lot = 100 lembar) dan menurut saya saham-saham perusahaan terkenal dan meyakinkan, seperti Bank Mandiri, BRI, Telkom, Indosat, dsb. yang semua orang Indonesia tahu perusahaannya yang mana dan bergerak di bidang apa, juga dijual dengan kisaran harga cukup murah, yaitu Rp. 2.000 (atau Rp. 200.000 per lot) sampai Rp. 10.000 per lembar (atau Rp. 1.000.000). Â Murah toh. Jadi sebetulnya anak SD juga udah bisa beli menggunakan uang jajan dari orang tuanya. hehehe.
Saham itu mainan orang kaya
Ah. paradigma yang ini sama saja dengan yang di atas. Kenyataannya ya gak gitu. Saya menilai sebetulnya siswa SMA seharusnya sudah harus diberikan pendidikan finansial dan bisa mulai berinvestasi di saham. Yah, paling tidak secara tidak langsung melalui reksa dana yang katanya sih harga termurahnya sekarang ada yang cuma Rp. 100.000. Hmmm. kalo mau terlibat langsung juga murah kok. tinggal modal koneksi internet di hape dan uang dengan jumlah Rp. 100.000 juga cukup. Setelah itu daftar di sekuritas yang gak ada nominal minimal deposit. Selesai deh.
Kita lihat aja ya, dengan hitung-hitungan minimal di atas sebetulnya paling tidak 20% masyarakat Indonesia mampu berinvestasi saham.
Risiko Investasi Saham Besar
Yang ini bisa benar bisa salah. intinya tergantung strategi maunya seperti apa. hehehe. Pakem yang berlaku adalah jika "risiko besar maka potensi untung besar, sedangkan risiko kecil maka potensi untung juga kecil". Nah, investasi saham itu bisa punya risiko besar, kecil, atau sedang. Semua tergantung pelakunya mau yang mana dan dimanajemen dengan baik. Betul kan?. hehehe.
Ah, sudah dulu lah. Saya jadi semakin seperti orang sok tau kalo kebanyakan nulis. Saya sendiri juga masih pemula kok. Tapi insya Allah saya sudah menemukan kecintaan saya pada bidang ini. Rugi gede pernah, untung gede pernah. Strategi berjalan mulus pernah, strategi berantakan diterpa badai juga pernah, gak pake strategi juga pernah.
Salam. Semoga mencerahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H