Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Valentine Sudah Lewat

25 Februari 2014   20:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Februari. Wah, ini bulan yang istimewa. Sebenarnya sih bagi kami Februari sama saja dengan sebelas bulan lainnya. Manusia saja yang menjadikan kami, buah-buah apel, lebih istimewa di bulan pendek ini. Tapi sayangnya keistimewaan itu hanya terjadi di pertengahan bulan. Valentine's Day, itu menurut para manusia. Kalau sudah lewat ke akhir bulan seperti sekarang, ya tidak istimewa lagi.

Saat ini umurku sudah cukup matang. Penampilanku ranum dan merah menyala, rasa buahku pun sudah manis segar. Namun sayang, harapanku agar aku bisa terpilih oleh manusia untuk dijadikan sesuatu yang istimewa di Valentine's Day yang lalu tidak terjadi. Aku masih terpajang manis di toko buah saat ini, menunggu pembeli. Tapi sudahlah, toh ada apel-apel lainnya yang juga mengalami ketidakberuntungan ini.

Setidaknya kami masih bisa saling bercanda satu dengan lainnya, atau berbagi cerita turun-temurun sejak masa nenek moyang kami dulu. Kalau sudah lelah mengobrol, ya paling-paling kami cukup berdiam diri sambil melihat apa yang terjadi di sekitar kami: pemilik toko buah yang sudah nenek-nenek dan berkacamata tebal itu, orang-orang yang lalu-lalang di depan toko, atau pria berambut ikal di seberang jalan yang sering ketiduran di toko kelontong yang dijaganya.

***

Lincolnshire, 1666. Untuk kesekian kalinya pria berambut ikal itu ketiduran di halaman belakang rumah keluarga besarnya. Kadang tertidur di kursi malas yang ada di beranda belakang, juga kadang tertidur sambil duduk di lantai dengan bersandar tembok.

"Eh, lihat manusia yang tidur di sana itu," kata salah satu buah apel yang bertengger di dahan pohon.

"Iya, memang kenapa?" timpal apel lainnya yang ada di dekatnya.

"Aku kok sebel melihatnya."

"Lho?"

"Iya sebel saja. Anak muda kok sering ketiduran. Rasanya mau ku jitak saja."

"Tenang, tenang. Kita beri pelajaran saja kalo begitu. Aku punya ide... "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun