Dari jendela kamarku, aku sering melihat langit biru yang luas. Di sana, di kejauhan, pesawat-pesawat melintas. Pesawat-pesawat itu terbang dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta, membawa orang-orang menuju petualangan mereka.
Aku terbenam dalam pikiran dan impian yang belum terwujud. Ada sebuah tempat yang selalu muncul dalam pikiranku, sebuah stadion yang penuh dengan sejarah dan gairah: Old Trafford. Inilah rumah bagi Manchester United.
Impian pertama yang selalu kupegang adalah menginjakkan kaki di Old Trafford, stadion legendaris yang telah menjadi saksi bisu dari kemenangan, kegembiraan, dan juga perjuangan.
Sejak aku pertama kali mengenal sepak bola, nama Old Trafford dan Manchester United sudah terukir dalam hatiku. Aku menjadi pengagum Sir Alex, serta pemain-pemain seperti Cantona, Giggs, Ronaldo, dan Rooney yang penuh wibawa saat mereka mengenakan jersey Setan Merah.
Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melihat tim kesayangan bertanding langsung di stadion ikonik itu. Aku membayangkan permainan kelas dunia dan gempita sorak-sorai dari seluruh penjuru The Theatre of Dream: Sir Bobby Charlton Stand, Sir Alex Ferguson Stand, Stretford End, dan Scoreboard End.
Untuk mencapai impian itu, aku membutuhkan lebih dari sekadar semangat. Aku butuh kesempatan untuk merasakan pengalaman itu.
Dalam setiap mimpi, selalu ada perjalanan yang harus ditempuh. Dan perjalanan yang kupikirkan bukan hanya tentang menuju Old Trafford, tetapi juga tentang bagaimana aku bisa terbang menuju impian itu.
Aku ingin merasakan perjalanan yang tak hanya sekadar berpindah tempat. Tetapi juga sebuah pengalaman yang lebih dari biasa, yang mengubah setiap detiknya menjadi kenangan.
Suatu ketika, aku duduk di depan layar. Aku mencari tahu tentang perjalanan menuju Manchester, Inggris, dan akhirnya menuju Old Trafford.
Salah satu yang menarik perhatianku adalah Qatar Airways. Maskapai dengan reputasi pelayanan kelas dunia ini terasa seperti pilihan yang sempurna untuk membawa aku menuju impian yang jauh ini.